Orang tua yang sudah memiliki buah hati yang terampil menggunakan perangkat seperti ponsel atau perangkat tablet kini bisa menggunakan media sosial bernama Takita sebagai alternatif yang ada.
Media sosial yang dikembangkan di Bandung ini secara spesifik mengarahkan orang tua untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki anak sekaligus membantu untuk memahami perkembangannya.
Menurut Bukik Setiawan, orang di balik aplikasi ini, Takita memiliki fitur tantangan yang bisa dilakoni anak mulai dari paling ringan hingga paling menantang. Di balik fitur tantangan seperti menyanyi, berkebun, fotografer, blogger, dan pemain drama, sebetulnya anak diajak untuk mengenai kecerdasan majemuk mereka.
Orang tua juga memiliki halaman sendiri untuk memantau perkembangan anak sekaligus diberi tantangan untuk mengevaluasi perkembangan anak. Dengan demikian, aplikasi ini mendorong komunikasi orang tua dan anak meskipun dalam satu rumah terdapat lebih dari satu gadget.
Fitur media sosial bisa mengajarkan anak untuk terhubung dengan anak lain yang memiliki minat atau bakat serupa agar saling berbagi dan saling mendukung. Setiap lingkaran pertemanan akan dibatasi hingga enam orang untuk memudahkan anak menjalin komunikasi yang akrab daripada tersambung dengan ribuan pengguna yang tidak semuanya dikenal.
"Anak saya yang masih berusia tujuh tahun suka menulis blog, sayangnya tidak ada teman yang punya minat serupa di sekolah atau di sekitar rumah. Akibatnya, dia akan dianggap aneh. Berbeda bila dia menemukan teman yang memiliki hobi serupa," kata Bukik sewaktu ditemui di Bandung akhir pekan lalu.
Takita saat ini baru bisa diunduh untuk perangkat dengan sistem operasi iOS secara gratis. Menurut Bukik, Takita sesuai dipergunakan bagi anak yang berusia 6-12 tahun.
Anak perlu media sosial
Disinggung mengenai alasan membuat media sosial, Bukik mengatakan bahwa hal itu wajib diperkenalkan orang tua pada anak mereka untuk menghindari penyalahgunaan.
Dia mengungkapkan bahwa ada sekitar 21,2 juta orang dengan usia di bawah 18 tahun dari 70 juta pengguna internet di Indonesia. "Itulah generasi digital native Indonesia," ujar Bukik.
Dari angka tersebut, jumlah yang masuk dalam kategori pengguna Takita mencapai 2,8 juta atau sekitar 14 persen. Mereka adalah kalangan yang rawan dengan penyalahgunaan internet karena mereka sudah terbiasa menggunakan perangkat elektronik tapi tidak semuanya dibimbing dalam menggunakannya.
Takita, lanjut Bukik, juga menjadi upaya untuk membantu pemahaman orang tua untuk mengenali potensi kecerdasan majemuk anak. Jangan sampai perbedaan generasi membuat orang tua kian sulit memahami perilaku anak di zaman digital.
Beradaptasi dengan Zaman, Tokoh Pemuda Wewo Sadar Kebutuhan Energi Ramah Lingkungan
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR