Lima populasi berbeda paus bungkuk baru saja diidentifikasi di sepanjang Samudera Pasifik Utara dalam sebuah penelitian genetik mamalia yang komprehensif di kawasan tersebut. Penemuan ini bakal memiliki implikasi terhadap segenap upaya konservasi paus bungkuk.
Populasi paus bungkuk yang baru diidentifikasi meliputi populasi Hawaii, Mexico, Amerika Tengah, Okinawa, dan Filipina. Serta tambahan populasi Pasifik barat yang jangkauannya belum secara khusus ditentukan.
Paus-paus bungkuk ditemukan di seluruh samudera di dunia. Paus-paus bungkuk di penjuru Pasifik Utara, yang hingga kini jumlahnya ditaksir sudah mencapai lebih dari 21.000, secara genetik cukup asing untuk dianggap sebagai subspesies paus bungkuk lain.
Scott Baker, profesor di Hatfield Marine Science Center-Oregon State University, Newport yang ikut menulis hasil penelitian paus bungkuk ini menjelaskan, bahkan di dalam lima populasi itu pun masih ada nuansa perbedaan.
"Populasi Mexico misalnya, punya subpopulasi berlainan di area utama dan dekat Kepulauan Revillagigedo, tapi karena perbedaan genetik mereka tidak begitu kuat mereka tidak dianggap sebagai populasi yang berbeda," katanya.
Tim peneliti menganalisis DNA dari 2.200 sampel jaringan paus dari 10 area makan dan delapan tempat pembiakan selama periode winter breeding sampai dengan summer feeding grounds tiap tahun, dalam studi Structure of Population, Levels of Abundance and Status of Humpbacks (SPLASH) yang berlangsung tiga tahun untuk membedakan populasi itu. "Kekuatan dari genetika adalah Anda dapat mencari perbedaan antarpopulasi yang mencerminkan tradisi historis jangka panjang," imbuh Baker.
Para peneliti mempelajari area makan dan perkembangbiakan karena keduanya merupakan tipe "penghalang" yang mengisolasi populasi populasi binatang laut dan membuat mereka berbeda secara genetik, sedang binatang darat umumnya lebih terisolasi secara genetik oleh penghalang geografi.
Menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal Marine Ecology-Progress Series pada minggu ini; rute migrasi, area makan, dan area perkembangbiakan diwariskan dari ibu ke anak dari generasi ke generasi dan pemisahan populasi menjadi bukti pula, tentang perbedaan DNA pada populasi yang berbeda.
Perburuan paus komersial telah dilarang oleh International Whaling Commission sejak 1966 karena menyebabkan jumlah spesies itu berkurang hingga tersisa 5.000 paus di dunia.
Undang-undang Amerika Serikat tentang Spesies Terancam Punah masih memasukkan paus bungkuk dalam daftar spesies terancam punah. The International Union for the Conservation of Nature (IUCN) baru-baru ini memasukkan dua populasi yang dianggap terancam punah, satu di Laut Arabia dan satu di Oceania.
Tim peneliti meyakini, satu atau lebih dari populasi paus bungkuk yang baru ditemukan mungkin termasuk spesies yang terancam punah juga. Baker mengatakan, masing-masing dari lima populasi itu punya sejarah eksploitasi dan pemulihan yang akan diperlukan sebagai bagian dari penilaian.
Ia berharap, hasil riset terbaru yang menunjukkan perbedaan pada populasi ini akan menginformasikan para manajer konservasi untuk memperlakukan paus bungkuk secara individual.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR