Nelson Mandela, salah satu sosok utama dunia dalam abad 20, diberitakan tutup usia dalam usia 95 tahun, Kamis ini (5/12) waktu Afrika Selatan. Berita pengumuman kematiannya disampaikan dengan penuh perasaan oleh Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma secara langsung. Mandela ialah yang terpilih sebagai presiden dari ras kulit hitam pertama di Afrika Selatan setelah hampir tiga dasawarsa mendekam di dalam penjara sebagai tahanan politik.
Pada Februari 1990, Mandela dibebaskan dari penjara karena semenjak itu Presiden Afrika Selatan FW De Klerk mengawali penghapusan apartheid. Ketika pertama kali menghirup udara bebas, Mandela memastikan kepada para pendukung Kongres Nasional Afrika (ANC) bahwa pembebasannya ini bukan kesepakatan dengan pemerintah. Dia pun memastikan kalangan kulit putih bahwa dia akan bekerja mewujudkan rekonsiliasi di Afrika Selatan.
Masih pada 1990, Mandela mulai berkeliling dunia. Dia bertemu dengan para pemimpin negara-negara saat itu. 1991, Mandela kembali memimpin ANC. Dia terpilih dalam kongres partai yang baru digelar kembali sejak organisasi itu dilarang pada 1960. Pada 10 Desember 1993, dia mendapat Nobel Perdamaian, berbagi dengan Klerk, presiden terakhir Afrika Selatan pada era apartheid.
Apakah warisan Mandela bagi bangsanya? Bisa dikatakan, perjuangan bagi kesetaraan yang tak kenal putus.
*
Afrika Selatan yang saat ini tengah bersemangat, memperjuangkan demokrasi multietnis dengan segala kesuksesannya, untuk memenuhi sejumlah janji. Ini kisah bayangan panjang apartheid.
Apartheid menanamkan ketidakpercayaan yang mendalam pada pihak "lain" dan rasa kepemilikan sumber daya—yang didasari oleh jenis ras, bukan sumbangsih pada masyarakat—yang terbawa hingga masa kini.
Demikian dahsyatnya efek apartheid yang meluas dan sangat brutal itu. Hingga kemudian antara 1948 dan 1994, ketika sistem itu dilucuti, Afrikaans National Party menerapkan pemisahan ras yang ekstrem untuk hampir setiap aspek kehidupan.
"Apartheid begitu berhasil memperkaya segelintir orang dengan menindas mayoritas—di samping penahanan demikian banyak orang, pengasingan, penghilangan, kematian tragis—sehingga berakhirnya sistem itu saja tidak cukup untuk memulai perbaikan," ujar Tshepo Madlingozi. Madlingozi adalah dosen hukum senior berusia 31 tahun di Universiteit van Pretoria, dan koordinator advokasi untuk Khulumani Support Group, organisasi yang beranggotakan 58.000 korban kekerasan politik, terutama selama era apartheid.
Setiap warga Afrika Selatan perlu berpartisipasi aktif dalam pemulihan kembali. Tiap-tiap orang dapat berkontribusi untuk melanggengkan masa lalu yang kejam, atau dapat pula memberikan kontribusi untuk masyarakat yang adil dan damai.
Baca lebih lanjut dalam kisah feature "Anak-anak Mandela" pada tautan ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR