Pada 2002-2004, kawasan ini sempat terlanda penebangan liar (illegal logging). Aliran Labian-Leboyan yang dulu jernih kini menjadi cokelat. Perubahan pada alam pasti juga berpengaruh pada manusia. “Dulu, ikan dari Danau Sentarum mudik ke sungai dan kami tak pernah kekurangan,” kata Yosep Unjak dari Dusun Ukit-Ukit, warga Tengah-Hulu.
Satu aliran yang menghidupi warga di hulu- tengah-hilir meminta tenggang rasa. Akhirnya disepakati. Warga hulu berjanji menghentikan penebangan pohon, mengusahakan bibit karet, tumbuhan lokal macam tengkawang (Shorea spp.), terap dan lain-lain kesukaan orangutan. Sementara warga hilir berhenti memelihara ikan toman (Channa micropeltes) dan tak memasang bubu warin untuk mencegah kepunahan ikan air tawar.
Warga pun sepakat menghentikan kebiasan menuba yang tak saja mematikan ikan sasaran tapi juga telur-telurnya. Tarik ulur masih terjadi soal alat penangkap ikan. Sebab, tak semua kampung punya Rukun Nelayan seperti Dusun Meliau yang sudah terbentuk turun-temurun, dengan ketua yang dipilih 3-4 tahun sekali, tergantung kinerja. Rukun ini menentukan sejumlah kesepakatan tentang peruntukan 10 danau potensial di Meliau, termasuk alat tangkap yang boleh dipakai.
Danau Balerang, danau lindung, memiliki zona pemanfaatan terbatas dengan bubu, jala 2 inci dan pancing. Bubu penang dipasang setahun sekali pas kemarau. Satu-satunya yang diizinkan dipergunakan warin (pukat) bermata 1,75 inci adalah di Danau Loko, selain dengan bubu, jala dan temilar kecil. Danau Merebung Besar, Merebung Kecil dan Kasin jadi zona pemanfaatan. Danau Meliau 1 dan 2, Sarang Burung Besar dan kecil, dan Lintang, zona pemanfaatan terbatas bubu, jala, pancing. Ditentukan pula zona pemanfaatan antardesa, termasuk denda dan sanksi pelanggaran. Pernah warga luar tertangkap menyetrum ikan, alat disita dan bayar denda.
Ketika kemarau, ikan terperangkap di kerinan. Bahkan ada yang mampu bertahan di lumpur. Rezeki tahunan macam ini hanya untuk orang dalam, warga desa. Tamu boleh memancing tapi harus makan di tempat, tak boleh bawa keluar.
Sungai dan danau kaya ini juga dihuni buaya sinyulong (Tomistoma schlegelii). Tiada cerita tentang mereka menyerang manusia. Makanan pokok mereka ikan. Jadi, selama mangsa mereka tercukupi, tak perlulah menyerang manusia.
*) dimuat di National Geographic TRAVELER Vol II No.03, Maret-April 2010, hlm.38-39
Penulis | : | |
Editor | : | Kahfi Dirga Cahya |
KOMENTAR