Apa yang bisa kita pelajari dari daun purba ini?
Tim mengebor 100 meter ke dekat dasar dasar danau yang sekarang kering, terletak di kawah gunung berapi yang sudah lama punah. Kawah ini memiliki lebar sekitar satu kilometer.
Di sini, bahan biologis telah menjadi fosil, termasuk sisa-sisa tumbuhan, ganggang, laba-laba, kumbang, lalat, jamur, dan makhluk hidup lainnya dari periode hangat yang dikenal sebagai Zaman Miosen Awal.
Suhu rata-rata global diperkirakan antara 3 derajat celcius dan 7 derajat celcius lebih tinggi dari saat ini, dan es sebagian besar menghilang dari kutub. Ada perdebatan di antara para ilmuwan tentang kadar CO2 pada periode tersebut, yang merupakan salah satu alasan mengapa penelitian ini sangat menarik.
"Hal yang menakjubkan adalah daun ini pada dasarnya mumi, jadi kami memiliki komposisi kimia aslinya, dan dapat melihat semua fitur halus mereka di bawah mikroskop," kata penulis utama Tammo Reichgelt, dari University of Connecticut di Storrs, AS.
Reichgelt mengatakan mereka diawetkan dengan sangat sempurna sehingga pembuluh darah mikroskopis dan stomata—pori-pori yang memungkinkan daun untuk mengambil udara dan melepaskan air selama fotosintesis—terlihat.
Baca Juga: Jaga Kesehatan dan Cegah Penyakit Mematikan dengan Daun Pepaya
Para ilmuwan menganalisis bentuk kimia yang berbeda dari karbon—atau isotop karbon —dalam daun dari setengah lusin spesies pohon yang ditemukan di berbagai tingkat dalam deposit.
Temuan ini membantu peneliti memperkirakan kandungan karbon atmosfer pada saat itu. Mereka menyimpulkan itu sekitar 450 bagian per juta (ppm).
Beberapa studi sebelumnya, terutama menggunakan organisme laut telah menyarankan itu secara signifikan lebih rendah, sekitar 300 ppm.
Itu mirip dengan yang ada di masa pra-industri, dan tidak cukup untuk menjelaskan suhu yang jauh lebih tinggi pada Miosen awal.
Kegiatan manusia yang melepaskan gas karbon saat ini telah mendorong tingkat karbon dioksida (CO2) menjadi sekitar 415 ppm.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Otak Hingga Cegah Kanker, Ini Manfaat Daun Kucai
Source | : | BBC |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR