DNA manusia tersebar di seluruh genom, dan mengandung gen yang terlibat dalam perkembangan dan fungsi otak, mengisyaratkan bahwa evolusi otak penting dalam membuat manusia menjadi manusia. Akan tetapi, para peneliti belum tahu persis apa yang dilakukan gen dan bagaimana penyesuaian khusus manusia pada DNA di dekat gen tersebut mungkin telah memengaruhi evolusi otak.
“Saya tidak tahu apakah saya bisa mengatakan apa yang membuat manusia sebagai manusia,” kata Emilia Huerta-Sanchez, ahli genetika populasi di Brown University di Providence, RI, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. “Saya tidak tahu apakah itu membuat manusia berpikir dengan cara tertentu atau memiliki perilaku tertentu.” Neandertal dan Denisovan, keduanya saudara manusia yang punah, mungkin mereka juga berpikir seperti manusia modern .
Hasilnya tidak berarti bahwa sebagian besar manusia adalah Neandertal atau Denisovan, atau campuran lain dari hominid purba. Para peneliti menemukan bahwa, rata-rata orang-orang di Afrika sub-Sahara mewarisi 0,096 persen hingga 0,46 persen DNA mereka dari perkawinan silang antara nenek moyang manusia dan Neanderthal. Orang non-Afrika mewarisi lebih banyak DNA dari Neanderthal: sekitar 0,73 persen hingga 1,3 persen. Dan beberapa orang mewarisi sebagian kecil DNA mereka dari Denisovan juga.
Baca Juga: Kontroversi Anak Lapedo: Hasil Kawin Silang Manusia dan Neanderthal?
Menggunakan metode komputasi baru, Santa Cruz, seorang peneliti di University of California, memeriksa setiap titik DNA dalam genom 279 orang. Timnya mengumpulkan hasil dari genom individu tersebut ke dalam gambaran kolektif genom manusia. Untuk setiap tempat, mereka menentukan apakah DNA-nya berasal dari Denisovan, Neandertal atau diwarisi dari nenek moyang manusia dan saudara yang telah lama hilang.
Meskipun setiap orang mungkin membawa sekitar 1 persen DNA Neanderthal, “Jika Anda meneliti beberapa ratus orang, sebagian besar mereka tidak akan memiliki DNA Neanderthal di tempat yang sama,” kata Kelley Harris, ahli genetika populasi di University of Washington di Seattle yang tidak terlibat dalam penelitian. “Jadi jika Anda menambahkan semua wilayah di mana seseorang memiliki sedikit DNA Neanderthal, semua itu akan mencakup sebagian besar genom mereka.”
Penelitian menunjukan dalam hal ini, sekitar 50 persen dari genom kolektif berisi daerah di mana satu atau lebih orang mewarisi DNA dari Neanderthal atau Denisovan. Sebagian besar sisa genom telah diturunkan dari nenek moyang manusia yang paling baru dan saudara mereka yang punah.
Setelah menurunkan DNA kuno tersebut, timnya mencari daerah di mana semua orang-orang memiliki perubahan DNA khusus yang tidak dimiliki spesies lain. Itu membuat perkiraan DNA manusia yang unik turun ke mana saja antara 1,5 persen dan 7 persen genom.
“Temuan ini menggarisbawahi seberapa banyak perkawinan silang dengan spesies hominid yang memengaruhi genom manusia,” ujar penulis Nathan Schaefer, seorang ahli biologi komputasi di University of California, San Francisco.
Para peneliti mengonfirmasi temuan sebelumnya dari kelompok lain bahwa manusia dibiakkan dari Neanderthal dan Denisovan, tetapi juga dengan hominid lain yang telah punah dan tidak dikenal. Tidak diketahui apakah nenek moyang misterius itu adalah kelompok yang termasuk “Manusia Naga” atau Nesher Ramla Homo, yang mungkin lebih dekat dengan manusia dari pada Neandertal. Schaefer dan rekan juga mengatakan bahwa percampuran mungkin terjadi beberapa kali antara kelompok manusia dan hominid yang berbeda.
Baca Juga: Ilmuwan Buat Peta Persebaran Keturunan Neanderthal dan Denisovan
Para peneliti juga mengatakan bahwa perubahan yang membentuk DNA manusia menjadi unik muncul dalam beberapa ledakan evolusi, mungkin sekitar 600.000 tahun yang lalu kemudian sekitar 200.000 tahun yang lalu. Sekitar 600.000 tahun yang lalu adalah saat manusia dan Neanderthal membentuk cabang pohon keluarga hominid mereka sendiri.
“Perkiraan jumlah DNA unik manusia tidak memperhitungkan tempat-tempat di mana manusia memperoleh DNA tersebut,” kata James Sikela, ilmuwan genom di Kampus Medis Anschutz University of Colorado di Aurora, yang tidak terlibat dalam penelitian.
DNA tambahan atau DNA yang hilang tersebut memungkinkan manusia untuk mengembangkan sifat-sifat baru, termasuk beberapa yang terlibat dalam evolusi otak.
DNA purba biasanya telah terdegradasi menjadi fragmen-fragmen kecil dan para peneliti hanya mengumpulkan bagian-bagian genom dari hominid yang punah. Genom yang terfragmentasi membuat para peneliti sulit untuk mengetahui di mana potongan besar DNA telah hilang atau diperoleh.
Untuk alasan itu, para peneliti hanya mempelajari perubahan kecil pada DNA yang melibatkan satu atau lebih basa DNA — bagian pembawa informasi dari molekul. Mengingat bahwa manusia dan Neanderthal menempuh jalan evolusi yang masih relatif baru, tidak mengherankan bahwa hanya 7 persen atau kurang dari genom yang telah berevolusi dengan penyesuaian unik manusia.
“Saya tidak terkejut dengan angka itu,” kata Sikela. Mempertimbangkan DNA yang ditambahkan manusia ke dalam genom mereka mungkin menghasilkan perkiraan yang lebih tinggi dari DNA manusia secara eksklusif, katanya.
Atau bisa juga sebaliknya. Karena semakin banyak genom yang diuraikan dari Neandertal, Denisovan, dan hominid punah lainnya, para peneliti mungkin menemukan bahwa sebagian dari apa yang sekarang tampak seperti DNA unik manusia juga dibawa oleh kerabat yang punah itu, kata Harris.
Source | : | sciencenews.org |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR