Berita kematian singa di Kebun Binatang Surabaya (KBS) pada Selasa lalu (7/1) cukup mengejutkan publik. Singa jantan asli Afrika usia 1,5 tahun itu ditemukan mati dengan kondisi leher tergantung tali baja. Hasil autopsi menurut lansiran Polrestabes Surabaya, Jumat (10/1): singa mati akibat kekurangan oksigen karena lehernya terjerat.
Pemerhati satwa Singky Soewadji juga menyatakan berdasarkan investigasinya bahwa singa bernama Michael tersebut mati akibat kecelakaan, bukan pembunuhan disengaja.
"Hasil investigasi saya hari ini, Kamis (9/1) di KBS, dengan melihat dan mempelajari TKP serta mencermati lingkungan dan hasil outopsi, maka kesimpulan saya kematian singa Michael adalah akibat kecelakaan," kata Singky, melalui kiriman pesannya kepada ANTARA News.
Ia memperkirakan secara kronologis, singa saat itu dalam kondisi hiperaktif karena di depan kandangnya terdapat kandang harimau putih betina sedang dalam masa berahi.
"Tanpa disadari gerakan singa yang di luar kebiasaan ini menarik tali baja untuk pembuka pintu kandang yang seharusnya dibuat pada posisi di luar kandang," ia menjelaskan teorinya.
Baja yang tertarik oleh singa pada saat kejadian membuat leher singa tersangkut saat melakukan gerakan yang sama dan berakibat fatal sehingga terjerat dan mati. Singky mengatakan kejadian ini memang langka dan belum tentu terulang dalam 1.000 kasus yang sama.
"Saya tidak menemukan cara seseorang yang bisa dengan sengaja membunuh singa tersebut," katanya.
Meski demikian, banyak pihak yang menilai kematian Michael tidak wajar. Di antaranya Senior Advisor WWF-Indonesia, Hadi Alikodra.
Kata Hadi yang jugalah ahli konservasi alam dan pembinaan margasatwa IPB ini, binatang seliar apa pun sangat tidak mungkin menjerat lehernya sendiri untuk mengakhiri hidup. Kalau pun ada hewan mati karena perilakunya, yakni dengan cara menjatuhkan diri dari ketinggian atau menabrakkan diri ke tembok dan benda-benda padat lainnya.
Sementara itu, Kementerian Kehutanan menurunkan tim khusus untuk menyelidiki kematian Michael, Jumat (10/1).
Direktur Operasional dan Umum Perusahaan Daerah Taman Satwa KBS, drh Liang Kaspe menambahkan, dengan kejadian seperti ini, pihaknya menilai sangat mendesak bagi manajemen untuk memasang kamera pengintai (CCTV), pada setiap kandang dan tempat-tempat penting lainnya. Selama ini pengamanan KBS hanya dilakukan di pintu masuk dan keluar, sedangkan pengamanan di kawasan kandang satwa tidak dilakukan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR