Nationalgeographic.co.id - Sebuah penelitian menunjukkan pola tawa bayi manusia cocok dengan primata. Hasil studi ini diterbitkan di Biology Letters.
Tawa melampaui semua bahasa dan sekarang para ilmuwan tahu bahwa respons spontan ini juga berlaku di beberapa spesies primata.
“Manusia dewasa terutama tertawa saat menghembuskan napas, sedangkan bayi dan kera besar tertawa saat menghirup dan mengembuskan napas,” kata penulis studi Mariska Kret, profesor psikologi kognitif di Univerity of Leiden di Belanda.
Orang dewasa pertama menarik napas, lalu menghasilkan suara "ha-ha-ha" dalam semburan pendek, mulai keras, dan kemudian menghilang.
"Tipe kera lebih sulit untuk dideskripsikan tapi ada silih bergantinya ya-ha-huh-ha," tambahnya.
Tawa bayi belum tentu mirip dengan semua spesies kera besar, hanya mereka yang secara evolusi paling dekat dengan manusia — seperti simpanse dan bonobo, kata Marina Davila-Ross, seorang pembaca psikologi komparatif di University of Portsmouth di Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian.
Baca Juga: Bayi Kelelawar Ternyata Belajar Mengoceh Seperti Bayi Manusia
"Tampaknya mencerminkan bahwa tawa sampai batas tertentu secara biologis sangat beralasan," katanya.
Kret awalnya menemukan fenomena ini saat menghadiri ceramah oleh ahli primata terkenal Jan van Hooff dengan seorang teman. Ketika van Hooff mengatakan kera tertawa saat menghirup dan menghembuskan napas, teman Kret menunjukkan video bayinya tertawa dengan cara yang sama.
Untuk menguji apakah bayi tertawa seperti kera, Kret mengumpulkan klip audio manusia berusia 3 bulan hingga 18 bulan yang tertawa dan meminta pendengar untuk menilai berapa persen tawa yang dihasilkan dengan menghirup versus mengembuskan napas.
Sebagai kontrol, peneliti juga memasukkan lima klip orang dewasa yang tertawa.
Setelah dua putaran termasuk masing-masing minimal 100 pendengar, hasilnya masuk. Orang dapat mengatakan bahwa bayi tertawa saat menghirup dan mengembuskan napas, sedangkan orang dewasa terutama tertawa dengan mengembuskan napas.
Source | : | CNN |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR