Nationalgeographic.co.id—Kekhawatiran kesehatan terkait dengan potensi paparan racun menjadi perhatian khusus pascabencana Badai Ida. Hampir satu juta rumah dan perkantoran tidak memiliki aliran listrik, membuat ratusan ribu rumah lainnya tidak memiliki akses air bersih. Banyak sistem pelacakan kualitas udara tidak berfungsi. Semua permasalahan itu membutuhkan waktu untuk menilai kerusakan dan jumlah korban.
Menurut laporan Badan Perlindungan Lingkungan, tingkat polusi masih belum diketahui karena saluran telepon terputus di beberapa bagian negara bagian, termasuk hotline untuk polisi negara bagian Louisiana. Sejauh ini, US Coast Guard telah menerima panggilan tentang kebocoran amonia yang dilepaskan ke udara karena suar telah dipadamkan oleh badai.
Sekitar separuh kapasitas penyulingan minyak bumi AS dan separuh kapasitas pemrosesan gas alam AS terletak di sepanjang Teluk Meksiko. Fasilitas industri tersebut telah menjadi bahaya tambahan ketika badai datang ke pantai. Hanya dalam beberapa hari setelah Badai Harvey mendarat pada 2017, tingkat polusi udara meningkat hingga 39 persen dari total emisi yang tidak sah dari tahun sebelumnya di daerah Houston, kata Luke Metzger, direktur eksekutif Lingkungan Texas.
“Emisi ini tentu cukup besar untuk berkontribusi pada masalah kesehatan,” katanya.
Tingkat masalah kesehatan masyarakat lebih sulit diukur di Louisiana. Upaya pemantauan udara seringkali lambat untuk menangkap tingkat emisi secara langsung setelah puncak badai, ketika fasilitas cenderung menyemburkan bahan kimia ke udara.
Setelah Badai Laura terjadi di dekat perbatasan Texas dan Louisiana pada Agustus tahun lalu, Komisi Kualitas Lingkungan Texas mengirimkan mobil pemantau udara untuk mendeteksi polusi udara di negara bagian itu dalam waktu 15 jam. Itu terjadi beberapa hari sebelum Departemen Kualitas Lingkungan Louisiana melakukan hal yang sama.
Empat hari setelah Badai Ida, masih belum ada data yang diunggah ke situs web pemantauan udara. “Kilang minyak di sana telah mengindikasikan akan terus menyalakan suar sampai listrik dipulihkan ke fasilitasnya,” ujar Wilma Subra, seorang ilmuwan lingkungan dengan organisasi Jaringan Aksi Lingkungan Louisiana yang dianugerahi penghargaan MacArthur untuk pekerjaannya membantu penduduk memahami risiko kesehatan masyarakat dari polusi industri.
Baca Juga: Ada Pertanda Buruk di Balik Warna Oranye Langit Kota Beijing
Akan tetapi, kurangnya listrik kilang serta ketidakmampuan untuk memasok uap dan nitrogen ke suar menyimpulkan bahwa bahan kimia tidak dibakar dengan benar. Hal ini menyebabkan asap hitam tebal membubung ke langit.
“Anggota masyarakat di Norco berhak mengetahui bahan kimia apa yang ada di udara yang mereka hirup,” kata Subra.
Juru bicara perusahaan kilang minyak tersebut, Curtis Smith berkata bahwa hingga kini mereka masih berusaha menilai dampak Badai Ida pada kilang Norco dan kilang lain di Geismar, Louisiana. Personil penting adalah staf fasilitas, namun terlalu dini untuk mengetahui kapan mereka akan melanjutkan operasi penuh, tambahnya.
“Meskipun situs tetap aman dan terlindungi, kami mengalami peningkatan pembakaran. Kami berharap ini berlanjut sampai listrik pulih,” kata Smith.
Sebuah monitor udara yang terletak di Norco berhenti mengumpulkan data pada saat badai berlangsung. Sejumlah 17 situs pemantauan udara negara bagian juga berhenti bekerja karena pemadaman listrik, menurut laporan EPA. EPA melaporkan bahwa mereka terpaksa mematikan pemantauan udara disana untuk melindungi peralatan dari dampak badai.
Perusahaan diharuskan untuk melaporkan kejadian ini kepada agen federal karena pelanggaran yang telah dilakukan oleh kilang minyak pada badai sebelumnnya di sana. Selama Badai Katrina, tangki kilang milik mereka bocor, menumpahkan lebih dari satu juta galon minyak mentah ke 1.800 rumah.
“Kami menerima kiriman laporan, tetapi monitor bukan bagian dari sistem pelaporan kami,” kata Greg Langley, juru bicara Departemen Kualitas Lingkungan Louisiana. "LDEQ tidak mendikte kapan harus dihidupkan dan kapan harus dimatikan," lanjutnya.
Baca Juga: Ketika Matahari 'Bersin', Maka Satu Kota di Bumi pun Akan Lumpuh
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Theguardian.com |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR