Kementerian Kehutanan menerjunkan tim investigasi ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), untuk mencari data dan menyelidiki penyebab kematian singa afrika jantan berusia 1,5 tahun pada 7 Januari lalu.
Diungkap oleh Kepala Sub Direktorat Penyidikan Wilayah I Kementerian Kehutanan, Hariono, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan memberikan perhatian serius mengenai apa yang terjadi di Kebun Binatang Surabaya.
“Kedatangan tim investigasi atas perintah Menteri Kehutanan, yang concern sekali pada peristiwa ini. Tujuan kami memang untuk mengungkap kematian singa afrika,” kata Hariono di Kebun Binatang Surabaya, Jumat (10/1).
Tim investigasi itu rencananya akan berada di Surabaya selama 3 hari, untuk menggali dan mengungkap fakta dari kematian singa dan satwa lain di Kebun Binatang Surabaya, termasuk persoalan kandang yang dianggap kurang layak.
“Tim akan menggali data dan mengumpulkan keterangan mengenai apa yang terjadi di KBS, dan hasilnya belum bisa diungkapkan,” ujar Hariono yang mengaku akan berkoordinasi dengan kepolisian serta pihak terkait.
Tim investigasi Kementerian Kehutanan juga menyempatkan meninjau kandang, tempat seekor singa bernama Michael yang mati tergantung. Ia memastikan telah memeriksa pintu kandang dan tali sling yang menjerat leher singa afrika jantan itu.
Komitmen pembenahan
Maraknya pemberitaan dan sorotan masyarakat serta media massa, baik nasional maupun internasional terkait kondisi Kebun Binatang Surabaya, mendapat tanggapan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Risma mengatakan, polemik yang terjadi di Kebun Binatang Surabaya merupakan dampak dari konflik berkepanjangan pada masa lalu, yang mengakibatkan satwa Kebun Binatang Surabaya menjadi korban. Risma mensinyalir ada upaya untuk menjadikan pengelolaan kebun binatang tidak berhasil sehingga dapat beralih fungsi.
“Saya yakin ini ada kekuatan yang memang saya juga tidak tahu, tapi cobalah lihat niat tulus kami bahwa kami ingin memperbaiki itu [KBS]. Sekali lagi bukan itu keinginan saya atau pribadi atau untuk apa, bukan. Tapi kebun binatang ini adalah kebanggaan warga Surabaya,” terang Risma kepada Mongabay Indonesia, saat ditemui di kediamannya di Surabaya, Jumat (10/1).
Risma menegaskan dirinya meyakini kematian singa dengan cara tergantung merupakan kematian yang tidak wajar, sehingga semua proses hukum diserahkan ke pihak kepolisian. “Saya sepakat itu tidak wajar. Tidak mungkin orang, kalau pecinta binatang tega membunuh itu, makanya saya minta polisi menyelidiki,” lanjut Wali Kota perempuan pertama di Surabaya ini.
Sedikitnya 50 ekor satwa mati selama setahun, termasuk yang terakhir kematian gnu dan singa afrika.
Langkah perbaikan Kebun Binatang Surabaya dikatakan oleh Risma, telah dilakukan sejak Pemerintah Kota Surabaya melalui Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS), mengambil alih pengelolaan Kebun Binatang Surabaya sejak 6 bulan yang lalu. Meski demikian, upaya perbaikan tidak dapat berjalan cepat, karena rekomendasi tim audit dari Universitas Airlangga Surabaya baru diterima.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR