Rumah Betang khas tradisi Dayak di Universitas Palangkaraya, yang difungsikan sebagai tempat latihan tari, tidak terawat. Perlengkapan tarian dan peralatan musik khas Dayak pun terancam rusak.
“Sudah sejak lama rumah ini tidak direnovasi. Sejak saya kuliah 2001 belum pernah ada perbaikan,” kata Koordinator Sanggar Tunjung Nyaho Charlie R Nahan, pekan lalu, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Dari pengamatan Kompas, rumah betang yang ada di antara Gedung Olahraga dan Seni dan Gedung Fakultas Ekonomi itu rusak pada atap dan langit-langit. Langit-langitnya rusak berlubang serta penuh bekas rembesan air hujan.
Kayu sandaran yang mengelilingi rumah betang hampir lepas. Lantai dari kayu ulin basah akibat kena bocoran hujan.
Menurut Charlie, rumah betang itu dipakai mahasiswa untuk berlatih tari dan kegiatan pramuka.
Rumah betang memiliki dua pendopo yang masing-masing berukuran 10 x 12 meter persegi, di depan dan di belakang. Pada bagian tengah, ada ruang secretariat Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kodya Palangkaraya Gudep 19-20 Tunjung Nyaho.
“Rumah ini perlu diperbaiki agar kokoh lagi, terutama di bagian atap, supaya tidak terjadi korsleting pada instalasi listrik. Kami tidak berani memperbaiki atap karena tinggi sekali,” ujar Charlie.
Rektor Universitas Palangkaraya Ferdinand menyampaikan, pihak rektorat akan mengupayakan dana dari revisi daftar isian pelaksanaan anggaran untuk melakukan renovasi bangunan itu. “Rumah itu sudah miring dan perlu segera direnovasi. Kami akan usahakan perbaikan pada Juli-Agustus 2014, agar kegiatan seni dan budaya makin berkembang,” katanya.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR