Nationalgeographic.co.id—Wabah COVID-19 masih belum mereda. Di mana bagi mereka yang pernah terinfeksi secara alami virus ini, masih memiliki risiko terinfeksi ulang. Hal ini berdasarkan dari hasil penelitian para ilmuwan yang mempelajari penghuni panti jompo, sebab mereka menemukan adanya infeksi ulang virus ini lebih tinggi daripada tempat umum lainnya. Mengapa demikian?
Bagi penghuni panti jompo yang memiliki penyakit bawaan dan biasanya mereka yang berusia lebih tua harus benar-benar mendapatkan perhatian khusus terhadap COVID-19. Pasalnya, mereka yang termasuk pada golongan tersebut memiliki risiko tinggi terifeksi virus ini. Bahkan, dari hasil pengujian yang dilakukan rutin menunjukkan adanya infeksi ulang, untuk itu setelah ditentukan hasil tes positif awal, mereka masih memerlukan pengujian ulang dalam rentang waktu 90 hari setelahnya.
Studi baru yang dilakukan oleh ilmuwan dari Yale School of Public Health bekerja sama dengan Connecticut Department of Public Health (CT DPH) menemukan bukti dari kasus ini. Mereka menggunakan dan menganalisis data yang diperoleh dari pengujian selama sembilan bulan sebelum peluncuran vaksin di sebuah fasilitas panti jompo perawatan jangka panjang.
Para peneliti mengidentifikasi bahwa 2,6 persen dari 212 penghuni panti jompo Connecticut memiliki satu atau lebih tes PCR positif SARS-CoV-2 berulang yang terjadi 90 hari setelah tes positif awal. Tentu saja persentase ini secara signifikan lebih tinggi daripada demografi lainnya, seperti orang dewasa yang lebih muda atau orang tua yang tinggal di sebuah komunitas.
Dilansir dari Tech Explorist, penulis studi Jillian Armstrong mengatakan, “Bersama dengan varian Delta yang lebih mudah menular, kesenjangan dalam cakupan vaksinasi staf, dan kebutuhan akan menjadi pendukung dalam pengaturan ini, skenario ini harus meningkatkan kekhawatiran tentang risiko baru wabah COVID-19 di tempat berkumpul.”
Fakta yang lebih memprihatinkan lagi adalah 12,6 persen lansia dengan tes positif kedua setelah 90 hari dinyatakan meninggal tak lama setelah tes positif ulang tersebut. Ada kemungkinan bahwa infeksi ulang terjadi dan bertanggung jawab menyebabkan kematian tersebut.
Baca Juga: Kecerdasan Buatan Bisa Bantu Tenaga Kesehatan Merawat Pasien COVID-19
Sunil Parikh, profesor asosiasi dan penulis utama studi tersebut mengatakan, “Sementara penghuni panti jompo mewakili beberapa individu yang paling tua dan lemah di komunitas kami, kami masih cukup terkejut dengan pola hasil tes dan hasilnya. Ini adalah petunjuk awal tentang kekebalan yang kurang kuat dan memudar yang mungkin terlihat pada populasi yang rentan ini setelah infeksi alami SARS-CoV-2.”
Hasil kajian yang dilakukan oleh Prof. Parikh ini telah diterbitkan dalam jurnal The Lancet Regional Health – Americas pada 21 Agustus 2021 yang berjudul Repeat positive SARS-CoV-2 RNA testing in nursing home residents during the initial 9 months of the COVID-19 pandemic: an observational retrospective analysis.
Dalam upaya untuk menahan dan membatasi wabah yang berpotensi meledak di panti jompo ini, maka pengujian pengawasan untuk virus SARS-CoV-2 sangatlah penting. Meskipun tes sangat sulit untuk dilakukan pada bulan-bulan awal pandemi, namun melakukan pengujian komprehensif yang cepat dan rutin terhadap penghuni panti jompo dapat menjadi pilihan terbaik.
Baca Juga: Penularan Covid-19 Melandai, Pemerintah Imbau Masyarakat Tetap Disiplin Prokes Sebelum Beraktivitas
Pengujian dan pengawasan akan dilakukan dengan menganalisis informasi, dan memisahkan individu yang terinfeksi seiring dengan semakin banyaknya tes positif. Sehingga dapat mengurangi angka kematian yang terjadi.
Namun, pertanyaan muncul seiring dengan semakin meningkatnya tes positif COVID-19 yang berulang ini: Apakah individu tersebut terinfeksi kembali segera setelah infeksi awal, apakah tes positif ini adalah palsu, atau apakah infeksi tersebut yang bertahan?
Jillian Armstrong berkata, “Sayangnya, perjuangan belum berakhir, dan kita harus tetap waspada dalam memantau tingkat infeksi di panti jompo dan memastikan vaksinasi semua staf dan penghuninya.”
Baca Juga: ASI dari Ibu yang Divaksin COVID-19 Mengandung Antibodi Baik bagi Bayi
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR