Ilmuwan juga mencatat, “Karena lebih sedikit kekuatan yang dibutuhkan, otot-otot mereka yang lebih kecil menghabiskan lebih sedikit energi. Keuntungan ini dapat menjelaskan mengapa setiap laba-laba, semut, serangga lain, krustasea, cacing dan banyak kelompok organisme lainnya memiliki alat khusus ini.”
“Belajar dari alam adalah salah satu cara untuk memahami apa yang membuat bahan lebih kuat dan lebih tahan terhadap kerusakan.” tutur Devaraj.
Hasil studi Devaraj dan rekan-rekannya mengenai gigi semut ini telah diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports pada 1 September 2021 dengan mengambil judul The homogenous alternative to biomineralization: Zn- and Mn-rich materials enable sharp organismal “tools” that reduce force requirements.
Baca Juga: Semut Mempelajari Kesalahan untuk Hindari Jebakan Atau Predator
Menurut penulis studi R.M.S. Schofield berkata, “Insinyur manusia mungkin juga perlu belajar dari trik biologis ini. Kekerasan gigi semut, misalnya, meningkat dari sekitar kekerasan plastik menjadi kekerasan aluminium ketika seng ditambahkan. Meskipun ada bahan rekayasa yang jauh lebih keras, mereka seringkali lebih rapuh.”
“Dengan mempelajari struktur mikro baja pada skala atom, kita dapat lebih memahami bagaimana mengubah komposisi bahan dapat mengubah ketahanan kerusakannya, khususnya ketahanan korosi tegangan dan perilaku dari waktu ke waktu,” ujar Devaraj.
“Ini sangat penting untuk merancang struktur seperti pembangkit listrik tenaga nuklir yang harus tahan terhadap penuaan selama beberapa dekade,” pungkas Devaraj.
Baca Juga: Enam Fakta Menarik dari Semut yang Perlu Anda Ketahui, Apa Sajakah?
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR