Nationalgeographic.co.id - Sejak 1947, situs arkeologi Qumran di Tepi Barat, Palestina, banyak ditemukan pot tanah liat hingga gulungan kuno yang tersembunyi di sebelas gua. Situs yang dekat dengan Laut Mati ini menjadi menarik bagi para ilmuwan sejarah dan arkeologi untuk mencari tahu, apa sebenarnya fungsi situs ini di masa lalu.
Gulungan kuno yang ditemukan, sebagian besar dituliskan dengan tinta berbahan dasar karbon. Secara isinya, mayoritas isinya menggunakan bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani. Kini, gulungan itu disebut sebagai Gulungan Laut Mati.
Analisis identifikasi awal, naskah dalam gulungan itu adalah miliki orang Eseni, yang kemungkinan anggota sekte agama atau persekutuan Yahudi yang berkembang di Palestina abad ke-2 SM sampai abad pertama Masehi.
Gulungan itu juga masih kontroversi mengenai siapa sejatinya yang menulis, atau bagaimana caranya bisa berada di gua-gua sekitar Qumran.
Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa manuskrip itu dituliskan oleh para imam dari Kuil Ibrani Kedua Yerusalem, kemudian diangkut ke Qumran untuk disembunyikan di tempat yang aman dari Romawi. Isinya kebanyakan adalah potongan-potongan dari Perjanjian Lama, aturan ritual keagamaan, teks tentang persiapan akhir zaman, kalender, horoskop, dan lainnya.
Para ilmuwan lain juga meyakini, tempat itu bukanlah kediaman orang Eseni, tetapi komunitas yang berbeda, dan ada pula yang menyebutnya sebagai sebuah benteng kuno.
Daniel Vainstub, arkeolog Ben-Gurion University, baru-baru ini mengungkap fungsi situs kuno ini di masa lalu lewat penelitiannya berjudul The Covenant Renewal Ceremony as the Main Function of Qumran, yang dipublikasikan 27 Juli lalu di jurnal Religions.
Baca Juga: Perjamuan Terakhir Yesus Bersama Rasulnya Dilakukan dengan Lesehan
Dia mengungkap bahwa situs itu adalah adalah sebagai tempat upacara keagamaan kuno. Referensi yang menyebutkan fungsinya berasal dari dokumen abad pertengahan Genizah Kairo. Bukti ini juga diperkuat lantaran para arkeolog hanya menemukan sisa-sisa bangunan umum, tanpa ditemukan tempat tinggal pribadi, dan termasuk pemandian tempat ritual mikvah.
Genizah Kairo adalah adalah kumpulan dari sekitar 300.000 naskah Yahudi kuno yang ditemukan di Genizah atau gudang Sinagog Ben Ezra di Kairo Lama, Mesir. Naskah ini menggambarkan sejarah umat Yahudi Timur Tengah dan Afrika utara dari 870 Masehi hingga abad ke-19.
Naskah ini ditulis dalam bahasa Ibrani, Arab, dan Aram, dan kini sebagian diarsikpkan di Cambridge University dan University of Manchester, Inggris.
Baca Juga: Penyebab Kematian Nesyamun, Mumi 3.000 Tahun Bisa Berbicara
Dalam makalahnya, Vainstub lebih berpendapat Qumran memang berhubungan erat dengan kaum Eseni, tetapi bukan sebagai tempat pemukiman permanen. Qumran adalah tempat di mana semua anggota dan kandidatnya akan berkumpul dari komunitas di seluruh negeri untuk mengadakan perayaan tahunan 'kepergian perjanjian'.
"Saya melihat naskah dan peninggalan arkeologis, dan apa yang saya lihat sangat cocok akan kemungkinan ini," ujarnya dikutip dari Jerusalem Post.
Upacara itu dijalankan sebagaimana yang digambarkan dalam Kitab Ulangan 27-28. Digambarkan, Nabi Musa menginstruksikan kaum Israel tentang cara Tuhan memberikan berkat dan azabnya di Gunung Ebal dan Gunung Gerizim, setelah menyeberangi Sungai Yordan yang kemudian dijelaskan dalam Kitab Yosua.
Vainstub memaparkan, aturan versi kaum Eseni dijelaskan dalam naskah 'Aturan Komunitas', serta dalam Dokumen Damaskus yang disalin sekitar 1000 Masehi dari yang berada di Genizah.
Namun, "deskripsi upacara dalam Dokumen Damaskus mencakup kalimat yang berisi dua informasi yang sangat penting untuk tujuan kita dan tidak ada dalam Aturan Komunitas: 'Dan semua [penduduk] perkemahan akan berkumpul pada bulan ketiga dan mengutuk siapapun yang menyimpang ke kanan [atau ke kiri dari] Taurat'," tulisnya dalam makalah.
Baca Juga: Melihat Ratusan Tulang Bayi dari Zaman Romawi di Israel dan Inggris
Dengan demikian, dia menyimpulkan bahwa Qumran adalah lokasi yang menjadi rujukan tempat pertemuan kaum Eseni, terutama di bulan ketiga kalender Yahudi. Pertemuan ini dikenal sebagai perayaan Shavuot di bulan Siwan, dimana Tuhan memberikan Taurat kepada Nabi Musa.
Ketika perkumpulan terjadi, orang Eseni tidak ditempatkan dalam bangunan, melainkan tidur di luar atau di salah satu dari banyak gua di daerah itu. Inilah yang menyebabkan ribuan tahun dari kehadiran mereka, banyak naskah-naskah dalam Gulungan Laut Mati ditemukan.
Baca Juga: Google Luncurkan Fabricius untuk Menerjemahkan Hieroglif Kuno
"Teori saya juga konsisten dengan fakta bahwa gulungan itu tidak selalu berasal dari Qumran, melainkan dibawa ke gua-gua dari seluruh negeri dan ditinggalkan di gua-gua selama beberapa dekade," tulis Vainstub.
"Beberapa lusin penduduk tetap Qumran, mungkin dengan bantuan kelompok kecil Eseni yang tinggal di dekat mata air di tepi Laut Mati, harus menampung ratusan orang di lokasi itu setahun sekali dalam jumlah yang terus meningkat," simpulnya dalam makalah.
"Situs Qumran, dengan fasilitas, gua, dan permukaannya, sesuai dengan bukti pertemuan tahunan yang muncul dari gulungan. Tidak ada situs lain yang dikenal cocok untuk tujuan seperti itu."
Baca Juga: Gerakan Partai Komunis Palestina, Perlawanan Zionis dan Lika-Likunya
Source | : | Jerusalem Post,Ancient Pages |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR