"Dhi, saya mau membuat Patung Dirgantara untuk memperingati dan menghormati para pahlawan penerbang Indonesia. Kau tahu kalau Bangsa Amerika, Bangsa Soviet, bisa bangga pada industri pesawatnya. Indonesia, apa yang bisa kita banggakan? Keberaniannya!!!"
Demikian percakapan antara Bung Karno dengan Edhi Sunarso di teras belakang Istana Negara, Jakarta, pada tahun 1964. Edhi Sunarso (82), merupakan pematung legendaris kepercayaan Presiden Sukarno.
Kehadiran monumen Patung Dirgantara di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan sejak tahun 1970-an bukan hanya sebagai salah satu ikon terpenting ibukota. Namun ironisnya, tidak semua orang mengenal penggagas dan pembuatnya, apalagi memahami gagasan dan permasalahan yang melatarbelakangi proses pembuatannya.
Dalam kesempatan peresmian "Tugu Muda" Semarang tahun 1953 yang dikerjakan oleh Sanggar Pelukis Rakyat pimpinan Hendra Gunawan, Edhi Sunarso pertama kali bertemu dengan Bung Karno. Kala itu Bung Karno menghampiri Edhi dan berkata, "Selamat ya, sukses." Edhi terdiam bingung mendapat ucapan tersebut. Beberapa hari kemudian ia baru tahu kalau dirinya menjadi juara kedua lomba seni patung internasional yang diselengarakan di London dengan judul Unknown Political Prisoner.
Dari sekian banyak proyek pembuatan monumen dari Bung Karno, Edhie mengakui kalau pembuatan Patung Dirgantara nyaris mandek. Patung Dirgantara dimaksudkan Bung Karno untuk menghormati jasa para pahlawan penerbang Indonesia yang atas keberaniaannya berhasil melakukan pengeboman terhadap kedudukan Belanda di Semarang, Ambarawa, dan Salatiga menggunakan pesawat-pesawat bekas peninggalan Jepang.
"Kita memang belum bisa membuat pesawat terbang, tetapi kita punya pahlawan kedirgantaraan Indonesia yang gagah berani. Kalau Amerika dan Soviet bisa membanggakan dirinya karena punya industri pesawat, kita juga harus punya kebanggaan. Jiwa patriotisme itulah kebanggaan kita! Karena itu saya ingin membuat sebuah monumen manusia Indonesia yang tengah terbang dengan gagah berani, untuk menggambarkan keberanian bangsa Indonesia. Kalau dalam tokoh pewayangan seperti Gatotkaca yang tengah menjejakkan bumi," ujar Edhie Sunarso mengenang perkataan Bung Karno yang panjang lebar.
Bung Karno meminta Edhie untuk memvisualisasikan sosok lelaki gagah perkasa yang siap terbang ke angkasa. Bahkan Bung Kano kemudian berpose sambil berkata, "Seperti ini lho, Dhi. Seperti Gatotkaca menjejak bentala."
Setelah model Patung Dirgantara selesai, Edhie mengusulkan kepada Bung Karno agar patung yang rencananya berbentuk seorang manusia yang memegang pesawat di tangan kanannya diubah. "Pak, dengan memegang pesawat di tangan terlihat seperti mainan," ujar Edhie.
"Bagaimana kalau di tangan kanannya tidak usah ada pesawat. Cukup dengan gerak tubuh manusia saja, didukung gerak selendang yang diterpa angin," lanjut Edhie. "Yo wis Dhi, nek kowe anggep luwih apik yo ora usah dipasang. Ora usah digawe," jawab Bung Karno.
Pembuatan monumen Patung Dirgantara sempat terhenti karena terjadi peristiwa G30S/PKI. Di satu sisi Edhie juga sudah tidak punya bahan-bahan uang lagi untuk melanjutkan pekerjaan. Ia bahkan menanggung utang kepada pemiliki bahan perunggu dan kepada bank.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR