Popularitas sepak bola di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Inilah olahraga paling populer di negara kita. Sebagian besar masyarakat menggemari. Bahkan, cukup banyak yang memainkannya.
Akan tetapi, prestasi sepak bola Indonesia masih jauh di bawah harapan. Fakta ini mengenaskan karena seharusnya popularitas sepak bola bisa berbanding lurus dengan kesuksesan. Logikanya, semakin banyak yang bermain, makin besar pula pilihan pemain berkualitas.
Sayang, cerita berbeda terjadi di Indonesia. Orang yang memainkan sepak bola memang banyak. Namun, hanya sedikit yang serius menekuninya menjadi karier. Sepak bola di Indonesia masih dipandang hanya sekadar hobi.
Banyak alasan yang melatarbelakanginya. Namun, penghargaan sosial yang minim diperoleh pesepak bola menjadi salah satu alasan.
Di Indonesia, pesepak bola belum menjadi profesi bergengsi. Selain karena faktor jangka waktu karier yang pendek, menjadi pemain sepak bola ternyata masih belum dinilai mampu mengangkat status sosial seseorang. Alhasil, sangat jarang ada orang tua yang menganjurkan anaknya untuk berkarier di lapangan hijau.
Akibatnya sangat terlihat dalam jumlah bibit pesepak bola muda. Jumlahnya tidak banyak karena sangat sedikit yang menyeriusi sepak bola menjadi jalan hidup.
Situasi di Indonesia berbeda dibanding Brasil. Di sana, pesepak bola dianggap sebagai karier bergengsi. Ketika seseorang bisa menjadi pesepak bola profesional, dengan sendirinya status sosialnya terangkat.
Kisah eks pesepak bola Brasil, Marcelo Marcolino bisa menjadi contoh. Meski hanya membela klub B68 di Kepulauan Faroe, Marcolino mengaku dihargai oleh masyarakatnya.
"Ketika saya kembali ke Rio de Janeiro, orang-orang memperlakukan saya dengan berbeda. Saya bagai bangsawan. Orang memandang saya sebagai orang penting," kata Marcolino seperti dikutip dari buku Futebol The Brazilian Way of Life.
Marcolino menuturkan orang Brasil menghargai pesepak bola. Apalagi jika mampu bermain di Eropa. Katanya, "Orang Brasil akan menghormatimu jika bisa bermain di Eropa. Mereka akan memandang dengan mata berbeda."
Penghargaan seperti itulah yang belum dirasakan oleh semua pesepak bola Indonesia. Andai ada, mungkin saja banyak orang di negeri ini yang berlomba-lomba merintis karier di lapangan hijau. Dengan sendirinya, peluang Indonesia mendapatkan pemain terbaik bertambah besar.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR