Nationalgeographic.co.id - Masker sekali pakai menjadi masalah bagi lingkungan, untuk itu diciptakan pula yang berbahan kain. Kendati demikian, karena penyebaran COVID-19 yang meningkat, masyarakat haru menggunakan masker dua lapis (lapis paling luar adalah kain, dan yang di dalam yang sekali pakai), tapi menimbulkan masalah limbah masker sekali pakai.
Diperkirakan, dalam sebulan rata-rata masker pengguna masker di dunia adalah 2,8 juta setiap menitnya. Limbah masker bisa menyebabkan penyakit menular, terutama jika berasal dari kegiatan medis.
Para peneliti dari dalam laporan Aerosol and Air Quality Research, menemukan bahwa masker kain dapat menangkal partikel virus. Kekuatannya tidak akan berkurang meski sudah setahun terakhir sudah dicuci, bila sering dicuci dan dikeringkan atau dijemur.
"Ini kabar baik untuk keberlanjutan," kata penulis utama Marina Vance, dikutip dari rilis. Dia adalah asisten profesor di Department of Mechanical Engineering University of Colorado Boulder, Amerika Serikat. "Masker kain berbahan katun yang telah kamu cuci, keringkan, dan gunakan kembali? Mungkin masih baik-baik saja—jangan dibuang."
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR