Mereka menulis bahwa pupil memiliki hubungan dengan kecerdasan cair (fluid intelligence) kita, yakni kecerdasan tiap individu yang tidak terkait dengan budaya atau pembelajaran. Melainkan, kemampuan seseorang untuk memperoleh informasi dari lingkungan mereka pada tingkat dasar, seperti memproses dan memecahkan masalah.
Kecerdasan ini sebagian besar justru terkait dengan kemampuan kita dengan multitasking, dan memori kerja--bagian dari memori jangka pendek yang berkaitan dengan pemrosesan persepsi dan linguistik yang disadari secara langsung.
Berkat pengetahuan tentang cahaya dan pupil mata, para ilmuwan sebelumnya mengetahui cara itu adalah bagaimana mata kita membuat respon untuk tubuh terhadap cahaya. Tetapi pemahaman itu baru pada taraf tertentu, seperti besar-kecil yang otomatis karena rangsangan cahaya yang memapari mata kita.
Baca Juga: 'Mata Sauron' Kuno Ditemukan, Sebuah Gunung Berapi Bawah Laut
Respon itu baru diketahui sebagai upaya pupil kita dalam berupaya meningkatkan pengelihatan, atau dorongan sistem parasimpatis tubuh.
"Ini pada dasarnya menjaga sistem saraf dasar Anda tetap teratur dan mendikte tugas-tugas dasar seperti istirahat, pencernaan, makan dan reporuduksi," jelas Engle, dikutip dari Discover Magazine.
Oleh karena itu, terang Engle, lebarnya pupil kita juga terkait dengan area lain dari fungsi sistem saraf bawah sadar atau simpatik. Area lain dalam tubuh kita ini mengontrol proses pengambilan keputusan yang cepat seperti 'lawan atau kabur'.
Ini menjadi penjelasan mengapa pupil kita bisa membesar ketika gugup, marah, atau takut. Tentunya cara ini membuat lawan kita dalam kejuaraan bisa mengetahui mental kita dengan melihat pupil mata kita. Engle juga mengamati, pupil kita membesar secara aneh ketika mata kita berhadapan dengan masalah matematika yang sulit.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | discovermagazine.com,NCBI,arXiv |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR