Berdasarkan DATA DASAR GUNUNGAPI INDONESIA yang diterbitkan oleh Direktorat Vulkanologi, Departemen Pertambangan dan Energi, letak Gunung Slamet (3.432 meter apl) ada di Jawa Tengah, persisnya 7 derajat LS, 109 derajat BT, dan menaungi beberapa kabupaten.
Gunung Slamet adalah gunungapi berbentuk kerucut (tipe strato) yang paling tinggi di Pulau Jawa sesudah Gunung Semeru. Bentuk lerengnya rata atau teratur kecuali lereng barat laut, barat, dan barat daya. Pada lereng dan kaki timur - timur laut sejauh lebih kurang 5 sampai 9 kilometer dari puncak, bermunculan beberapa bukit kecil.
Terdapat 17 buah bukit kecil, dan dari potret udara terlihat beberapa di antaranya memiliki lubang (kawah-kawah).
Empat dinding kawah Slamet ini dapat dilihat batasannya. Dinding kawah tertua (K1) lebih landai dibandingkan yang lain; yang termuda (K4), hampir tegak lurus. K3 dan K4 punya dinding tertutup sedangkan K1 dan K2 terbuka (breached crater) pada bagian timur laut. Letak dinding kawah tersebut membuktikan perpindahan titik kegiatan ke arah barat daya.
Hanya dua buah tempat bekas letusan lama yang masih dapat dilihat, yaitu Gunung Sembung (1.377 meter) dan Gunung Guci. Dari potret-potret udaranya dapat diketahui pula bahwa dasar kawah Gunung Sembung rata dan terdapat pula desa di dalamnya.
Menurut N.J.M. Taverne dalam literatur "Vulkaanstudien op Java" (1926), selain kedua kerucut ini, di sebelah barat daya terdapat sisa bekas letusan lama, yakni Igir Taman Wling (2.025 meter), bekas kawahnya masih nampak—tepinya bulat dengan jari-jari 500 meter, di dalamnya terdapat rawa Taman Dingo.
Penafsiran potret udara mengatakan, bagian tubuh sebelah barat laut telah terubah bentuknya karena sesar. Lembah yang terjadi karenanya kemudian diisi oleh aliran lava. Aliran lava yang relatif lebih tua terdapat di bagian barat dan barat daya, di antara aliran tersebut terendapkan batuan piroklastika.
Untuk mencapai kawah di puncak Slamet, pendakian dilakukan dari arah timur yakni kampung Bambangan. Pada 1853 Junghuhn mendaki Gunung Slamet melalui kampung Priatin, sebelah timur Kutabawa. Dalam 1923, Taverne mendaki juga dari arah timur.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR