Nationalgeographic.co.id—Dalam dunia hewan, burung adalah hewan yang dikenal suka bermigrasi. Mereka punya musim migrasi dan juga punya musim kawin.
Sebenarnya, seberapa sering burung kawin dan kapan musim kawinnya tiba? Jawaban untuk pertanyaan pertama tidak tentu bagi semua burung karena burung sangat bervariasi dalam berapa kali mereka berhubungan seks per musim.
Misalnya, burung goshawk (Accipiter sp.) dapat bersanggama hingga 600 kali dalam satu musim, menurut Encyclopedia of Animal Behavior, Volume 4 (Academic Press, 2019). Hal ini sebagian disebabkan karena tindakan penyeimbangan yang rumit dari ciuman kloaka mungkin tidak menghasilkan pembuahan setiap saat, sehingga diperlukan banyak upaya untuk memastikan sperma dapat bertahan.
Sebaliknya, burung skylark Eurasia (Alauda arvensis) hanya akan bersanggama satu kali untuk setiap kelompok sel telurnya, menurut Birder's Handbook: A Field Guide to the Natural History of North American Birds, First Edition (Touchstone, 1988).
Kapan musim kawin burung?
Lamanya musim kawin burung sangat bervariasi. Misalnya, merpati karolina (Zenaida macroura) berkembang biak selama berbulan-bulan, kata McGowan. Mereka mungkin memiliki beberapa anak dalam jangka waktu tersebut.
“Yang lain hanya akan membesarkan satu anak dalam setahun,” kata Kevin J. McGowan, pengembang kursus senior di Bird Academy, Cornell Lab of Ornithology di Ithaca, New York.
Terkadang, yang terjadi dalam dunia hewan, burung bisa kawin lagi ketika pengeraman telurnya gagal. McGowan mempelajari burung gagak Amerika (Corvus brachyrhynchos).
Burung gagak ini mulai membangun sarang pada akhir Maret, telur menetas pada bulan April, dan anak-anaknya meninggalkan sarang pada akhir Mei. Jika pengeraman telurnya gagal pada pertengahan April, burung gagak akan mencoba kawin lagi.
“Namun, jika pengeramannya gagal pada pertengahan hingga akhir Mei, maka mereka tidak akan kawin lagi,” jelas McGowan.
Hal ini mungkin terjadi karena anak burung gagak bergantung pada makanan induknya selama sekitar satu setengah bulan setelah mereka meninggalkan sarangnya. Mereka mengikuti orang tuanya lebih lama lagi. Jadi, jika sebuah pengeraman telur gagal di akhir tahun, “seluruh proses memakan waktu terlalu lama untuk dimulai kembali.”
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR