Orang awam akan kesulitan mengenali kondisi gawat darurat. Hanya orang yang terlatih atau petugas medis yang bisa memahami kondisi tersebut dan bisa melakukan tindakan penyelamatan tepat tanpa menimbulkan risiko.
Meski begitu, orang awam tetap bisa membantu menangani kondisi gawat darurat, setidaknya dengan tidak melakukan beberapa hal yang bisa memperburuk kondisi pasien.
"Kasus gawat darurat bisa berupa kecelakaan atau penyakit. Perlu edukasi kepada keluarga. Namun orang di luar profesi nonmedis bisa mengenali tanda-tandanya dengan mengikuti pelatihan," kata Litacha Tamlicha, MARS dari RSU Bunda Jakarta, Kamis (13/3).
Yang perlu dihindari dalam penanganan kondisi gawat darurat adalah:
1. Membaringkan pasien yang membuatnya sulit bernapas
Dokter spesialis anestesi, Ahmad Riviq Said mengatakan, saat pasien mengalami penurunan kesadaran, pastikan tetap bisa bernapas. Karenanya jangan membaringkan pasien dengan posisi kepala yang membuat lidah pasien jatuh ke belakang. Posisi seperti ini akan menyumbat pernapasan sehingga pasien mengalami kesulitan bernapas.
Tersumbatnya napas juga bisa disebabkan oleh adanya sumbatan cairan yang mengakibatkan pasien sulit menelan ludah. Kalau kondisi ini yang Anda temukan pada pasien gawat darurat, segera rebahkan pasien dengan posisi miring seperti sedang memeluk guling.
"Catatannya, dia bukan pasien trauma. Memiringkan badan pasien bisa membantu pernapasan karena cairan mengalir ke tempat lebih rendah sehingga tidak menyumbat saluran napas pasien. Ini disebut posisi mantap," katanya.
Menurut Riviq, posisi mantap (recovery position) perlu dilakukan meski pasien didapati masih bisa bernapas. Kalau pasien tidak dibaringkan miring, meski masih bisa bernapas, cairan akan masuk ke saluran napas dan menyumbatnya.
2. Memberikan minum
Menurut dokter spesialis bedah, IGAE Nari Laksmi Dewi, pasien dalam kondisi gawat darurat sebaiknya jangan diberi minum. Pada kondisi gawat darurat, umumnya orang awam memberi minum untuk menenangkan pasien. Padahal, Laksmi mengatakan, cara ini tidak tepat. "Pasien sebaiknya dipuasakan, jangan diberi minum, untuk meminimalisasi risiko yang mungkin timbul pada waktu pembiusan," ujarnya.
Laksmi mengatakan, perut pasien akan penuh kalau diberi minum. Saat pasien dibius di rumah sakit, ia bisa muntah dan risikonya muntahan bisa masuk ke paru.
3. Asal memindahkan pasien
Pada kasus gawat darurat akibat kecelakaan, meski orang awam berniat baik ingin menolong, sebaiknya jangan asal memindahkan pasien korban kecelakaan.
"Pada kondisi trauma, harus ahli yang menangangi. Jangan sampai maksud menolong justru menambah parah kondisi pasien. Misalnya kecelakaan di jalan, pasien tidak bisa dipindahkan sembarangan," tutur Riviq. Memindahkan pasien gawat darurat dengan cara keliru bisa berisiko fatal, bahkan meninggal.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR