Pemerintah Malaysia belum memastikan hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH 370 karena aksi pembajakan. Namun dari penjelasan yang disampaikan PM Najib Razak diketahui bahwa hilangnya pesawat tersebut karena ada tindakan kesengajaan yang dilakukan seseorang.
Meski tidak secara jelas mengatakan pesawat tersebut dibajak, namun dari berbagai indikator yang disampaikan, sebenarnya cukup menjelaskan bahwa ada sebuah aksi untuk "menghilangkan" MH 370.
Ini adalah kali kedua maskapai penerbangan Malaysia Airlines dibajak. Sebelumnya, maskapai milik Malaysia ini pernah mengalami kejadian serupa pada 4 Desember 1977, tepatnya menimpa MH 653.
Menggunakan pesawat Boeing 737-200, penerbangan tersebut dijadwalkan melayani rute domestik antara Penang ke Kuala Lumpur. Pada penerbangan itu terdapat 93 penumpang dan 7 awak pesawat, di mana tiga di antaranya adalah penumpang asal Indonesia.
Pesawat berangkat dari Penang pada pukul 19.21 menuju Bandara Subang Kuala Lumpur. Setelahnya, para penumpang mendapatkan pengumuman dari pilot bahwa pesawat akan mendarat di Singapura. Namun, pesawat tersebut membatalkan pendaratan.
Pada pukul 20.15, seluruh komunikasi terputus, hingga pada pukul 20.36 terdengar ledakan keras di Tanjong Kupang, Johor.
Dari hasil investigasi diketahui, pesawat menyentuh tanah hampir secara vertikal dalam kecepatan tinggi. Tidak ada satu pun penumpang yang selamat dalam insiden itu.
Banyak spekulasi yang berkembang mengenai siapa pembajak di MH 653 itu. Salah satunya adalah Tentara Merah Jepang.
Tentara Merah Jepang merupakan kelompok militan komunis yang didirikan oleh Fusako Shigenobu pada awal 1971 di Lebanon. Misi dari kelompok ini adalah menggulingkan Pemerintahan Jepang dan keluarga kerajaan, serta memulai revolusi dunia.
Kelompok ini sebelumnya juga pernah melakukan pembajakan pesawat, antara lain pesawat Japan Airlines pada 21 Maret 1970. Para pembajak itu melarikan pesawat Boeing 727 ke Korea Utara.
Kemudian pada September 1977, kelompok itu kembali membajak pesawat Japan Airlines nomor penerbangan 472, dan memaksa pilot mendaratkan pesawatnya di Dhaka Bangladesh.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR