Tak kurang dari 30 lumba-lumba bermoncong putih tewas setelah terperangkap lautan beku di lepas pantai provinsi Newfoundland di timur Kanada, Senin (17/3). Dari kawanan yang terjebak tersebut, hanya tiga yang masih hidup, itu pun dalam kondisi buruk. Kisah mereka tak seperti cerita heroik dalam film.
Pejabat perikanan Kanada mendatangi lokasi puluhan lumba-lumba tersebut terjebak pada Minggu (16/3) dan Senin pagi. "Semua kecuali tiga lumba-lumba, tewas," kata juru bicara kementerian tersebut, Larry Vaters, sebagaimana dikutip dari AFP.
Lumba-lumba, atau sering kali juga paus, akan sangat menderita ketika terjebak di lautan yang permukaannya membeku. Meski hidup di air, kedua binatang itu masuk kelompok mamalia, bernapas menggunakan paru-paru. Secara berkala mereka harus muncul ke permukaan air untuk mendapatkan udara bagi paru-paru mereka.
Saat permukaan laut membeku, lumba-lumba dan paus harus berjuang memecahkan lapisan es tersebut untuk muncul ke permukaan. Tak banyak yang bisa bertahan dengan luka yang mereka dapat untuk menembus lapisan es itu.
Kecepatan permukaan laut membeku di beberapa wilayah yang ada di jalur migrasi rutin mereka pun kerap melampaui kecepatan jelajah maupun kekuatan mereka setiap kali berusaha menembus lapisan itu. Kelelahan dan luka menjadi penyebab mereka tewas setelah tenggelam tanpa ada pasokan udara ke paru-paru.
Di perairan Newfoundland, pemandangan lumba-lumba, pesut, dan paus tidaklah asing terlihat selama musim semi, saat lautan tak membeku. Daerah perairan ini, kata para pejabat setempat, memiliki geografis yang unik dengan arus yang cenderung membentuk "perangkap ikan paus" dan hewan sejenisnya setiap kali musim dingin memburuk.
Vaters mencontohkan, enam paus biru juga terjebak di perairan yang sama pada 1987. Dia mengakui kondisi seperti yang dialami kawanan lumba-lumba tersebut menyedihkan. Namun, ujar dia, otoritas berwenang tak turun tangan membantu satwa-satwa yang mendapat kesulitan dari kondisi alam yang memburuk tersebut, kecuali pada kasus khusus.
Beragam film dan tulisan kerap mengangkat kisah mengharu-biru "perjuangan" mamalia laut bertahan hidup melintasi perubahan habitat. Secara alami, satwa-satwa ini memiliki ritme migrasi, berpindah dari satu perairan ke perairan lain, menyesuaikan musim. Hanya, kisah-kisah heroik dalam film itu —merujuk kalimat Vaters— butuh kasus teramat khusus untuk menjadi kejadian nyata.
Big Miracle, misalnya, adalah salah satu film yang menggambarkan dengan detail kondisi satwa mamalia yang berhadapan dengan kondisi alam keras ini. Film keluaran 2012 ini bercerita tentang sepasang "bapak dan ibu" paus beserta satu anaknya terjebak laut yang sangat cepat membeku di kawasan Kutub Utara.
Proses meloloskan mereka ke laut untuk melanjutkan migrasi, dalam film yang disebut terinspirasi kisah nyata, "menyatukan" pengusaha minyak Amerika yang mengincar kandungan minyak di Alaska, kapal perang Rusia, hingga pasukan cadangan Amerika Serikat. Usaha besar itu menyusul berita dari kontributor televisi lokal yang terus mengangkat kisah itu, di tengah hiruk-pikuk politik menjelang pemilu.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR