Pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang belum juga membuahkan hasil memicu munculnya berbagai macam teori. Banyak yang spekulatif dan mungkin sulit dipercaya.
Diantara banyak teori yang berkembang, ada dua yang bisa disebut paling "gila". Pertama, MH370 sempat bersembunyi di balik pesawat Singapore Airlines SIA68. Kedua, MH370 jadi pesawat korban pembajakan cyber pertama di dunia.
Teori bahwa MH370 bersembunyi di balik SIA68 diungkapkan oleh Keith Ledgerwood. Slate.com, Senin (17/3) melansir, ini adalah teori paling "gila".
"Ini saya sadari ketika saya melihat rute SIA68 sekitar pukul 18.00 UTC. Selama 15 menit berikutnya MH370 terus mengikuti SIA68," ungkap Ledgerwood seperti dikutip BBC, Selasa (18/3).
Ledgerwood, seorang blogger yang mengamati dunia penerbangan, yakin bahwa MH370 bersembunyi di balik SIA68 dan sempat terbang di wilayah India dan Afghanistan.
"Karena MH370 terbang dalam "gelap" tanpa transponder, SIA68 tak akan tahu bahwa MH370 sedang ada di sekitarnya, dan ketika memasuki wilayah udara India, keduanya hanya akan tampak dalam satu blip dalam radar di ATC (air traffic controller) dan militer di sana," jelasnya.
SIA68 sendiri terbang dari Singapore ke Barcelona. Di satu lokasi, seperti misalnya Xinjang, Kyrgyzstan, atau Turkmenistan, MH370 bisa memisahkan diri dan mendarat.
Bila teori "gila" pertama berkisar tentang bagaimana MH370 bisa tak terdeteksi banyak radar, teori kedua berkaitan dengan dugaan pembajakan. Soal pembajakan, walau banyak kalangan yang yakin, sampai saat ini hal itu masih dugaan.
Bagaimana MH370 dibajak? Pakar antiterorisme asal Inggris, Sally Leivesley, mengungkapkan bahwa pesawat modern macam Boeing 777-200ER bisa dibajak dengan USB atau telepon seluler.
"Tampak lebih dan lebih meyakinkan bahwa beberapa sistem kontrol diambil alih dengan sengaja, seseorang duduk menguasai autopilot, atau dengan perangkat di lokasi lain yang mematikan sistem," kata Leivesley.
"Telepon seluler bisa digunakan untuk melakukannya, atau USB. Ketika pesawat di udara, Anda bisa memasukkan perintah dan kode yang memulai, dalam sinyal, sebuah proses tertentu," imbuhnya.
Hal itu lebih mudah dilakukan saat ini karena bahkan sistem in-flight entertainment juga bisa terkoneksi dengan USB penumpang.
"Apa yang kita temukan sekarang adalah bisa saja telepon seluler digunakan untuk memulai sebuah aplikasi jahat, atau malware, di komputer untuk memulai seluruh instruksi," jelasnya seperti dikutip Sydney Morning Herald, Selasa.
Leivesley mengatakan, sistem komputer pesawat memang mengagumkan namun bukan berarti tak ada celah untuk membobolnya.
"Ada beberapa cara [untuk membobolnya], bagaimana pun, karena ada gap dalam sistem tersebut dan perangkat genggam seperti telepon seluler bisa melakukannya," kata Leivesley yang bersama rekannya kini aktif melatih kalangan pemerintahan Inggris untuk melawan terorisme.
Diragukan
Bagaimana tanggapan pakar lain terhadap dua teori "gila" tersebut? Mungkinkah itu memang yang terjadi pada Malaysia Airlies MH370?
Menanggapi soal kemungkinan MH370 bersembunyi di balik SIA68, pakar radar dari University of College London, Hugh Griffiths, mengatakan bahwa bersembunyi di balik pesawat lain mungkin, tapi dalam konteks MH370 itu sulit.
Ada dua radar yang bisa melacak pesawat, sipil dan militer. Radar militer lebih mumpuni dibanding sipil.
Griffths mengestimasi, untuk bersembunyi sekalipun, MH370 takkan bisa terlalu dekat dengan SIA68. Bila jaraknya 1 kilometer saja, maka radar militer sudah bisa membaca bahwa ada dua pesawat.
Meski demikian, memang, semua tergantung pada interpretasi radar. Radar bisa saja membaca ada dua obyek, namun apakah obyek itu dipandang sebagai obyek berbeda?
Dalam kasus pengeboman oleh Jepang di Pearl Harbor pada tahun 1941, Amerika Serikat sebenarnya telah membaca adanya obyek yang bergerak dalam radar. Namun demikian, pengeboman akhirnya tetap tak dapat dihindari.
Sementara itu, soal kemungkinan pembajakan dengan telepon seluler, asscotiate professor di RMIT, Cees Bil, seorang pakar desain pesawat, meragukannya.
"Saya tidak berpikir itu bisa terjadi. Tak mungkin ada cara telepon seluler bisa melakukannya," katanya. Bahkan bila sistem in-flight entertainment mampu terkoneksi dengan USB, tak mungkin penumpang bisa mengakses sistem komputer pesawat.
"Saya tak percaya perangkat sederhana seperti telepon seluler bisa mengganggu sistem," katanya lagi.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR