Sedangkan pada eskpreimen ketiga, para sukarelawan mendengarkan cerpen anak-anak, ada yang memperhatikan, dan ada yang diganggu. Mereka kemudian diminta untuk mengingat fakta dan cerita tersebut.
Hasilnya, para peneliti menemukan perubahan yang terlihat pada detak jantung para sukarelawan, dan memprediksi seberapa baik mereka menjawab pertanyaan seputar cerita. Eksperimen ini menunjukkan bahwa perubahan detak jantung adalah sinyal pemrosesan narasi secara sadar.
Sitt, Parra, dan tim, juga menemukan bahwa tingkat pernapasan para sukarelawan perubahannya tidak begitu selaras. Ini mengejutkan, ujar Sitt, karena semestinya pernapasan memengaruhi detak jantung kita.
Baca Juga: Schumanniade, Gempita Sang Maestro Romantik di Jantung Jakarta
Sementara eksperimen terakhir, sama dengan yang pertama, tetapi melibatkan sukarelawan sehat dan spasien dengan ganggunan kesadaran. Hasilnya sesuai dengan dugaan para peneliti, para pasien memiliki tingkat sinkronisasi jantung yang lebih rendah daripada kelompok kontrol (sukarelawan yang sehat).
"Studi ini masih sangat awal, tapi Anda bisa membayangkan ini sebagai tes mudah yang dapat diterapkan untuk mengukur fungsi otak," saran Sitt. "Tidak butuh banyak alat, Bahkan bisa dilakukan di ambulans dalam perjalanan ke rumah sakit."
Dengan demikian, akan banyak validasi yang menguatkan bahwa pasien yang mengalami gangguan kesadaran dapat diketahui dalam perbadingan fungsi otak. Pengetahuan ini akan dilaksanakan lewat studi dengan kelompok penelitian.
Baca Juga: Peneliti Kembangkan Plester untuk Mendeteksi Penyakit Pada Jantung
Source | : | eurekalert |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR