Jauh sebelum perubahan iklim yang dirasakan manusia di Bumi hari ini, pada lebih dari 2 miliar tahun lampau, sebenarnya di Bumi ini telah berlangsung peperangan kimiawi.
Sebelum tumbuhan mengetahui fotosintesis, organisme uniseluler harus bertahan hidup dari senyawa-senyawa kimia: hidrogen, metana, belerang, dan sebagainya.
Hidup tanpa oksigen, bakteri anaerob terus mengalami keracunan, hingga proses evolusi ganggang hijau-biru sianobakteri (Cyanobacteria) yang mengembangkan fotosintesis dan mulai mengembuskan oksigen.
Gas yang sangat reaktif—berpadu logam-logam serta protein— di dalam sel anaerobik, membunuh mereka. Tapi sianobakteri malah dapat pesat berkembang, mengubah sinar matahari jadi gula dan membuang sejumlah besar oksigen sebagai limbahnya.
Kadar oksigen di bebatuan naik secara mendadak pada 2,5 miliar tahun yang lalu — lonjakan yang dikenal sebagai "Great Oxidation Event" (GOE). Lonjakan ini yang telah lama dipegang sebagai bukti kapan waktu sianobakteri mulai berfotosintesis.
Namun sebuah studi peneliti geokimia Yale University Noah Planavsky dan rekan-rekan yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience pada 23 Maret, mengumpulkan data-data dengan teknik baru dan mengatakan ada indikasi oksigen yang memproduksi kehidupan aerob sudah ada lebih lama lagi dari GOE.
Kini banyak peneliti yang berpikir, organisme ada di Bumi sejak 3 miliar tahun lalu. Dan ibarat ahli restorasi karya seni menemukan imaji tersembunyi di balik sebuah lukisan, ilmuwan pun menemukan gambar baru kapan Bumi pertama kali \'bernapas\'.
Temuan para peneliti ini melecut debat baru: apakah mikroba yang membuat planet kita ini bernapas, atau perubahan lingkungan yang mendorong planet menjadi kaya oksigen? Jawaban masih relatif.
Kemungkinannya; Bumi itu sendiri yang memainkan peran dalam peningkatan kadar oksigen. Sebab secara geologis, Bumi berubah. Benua meluas, erosi pada kerak Bumi, dan perubahan sifat gunung berapi — semua ini artinya memuntahkan keluar gas.
Pergeseran-pergeseran tersebut dapat menciptakan perubahan pada udara (atmosfer) Bumi, seiring dengan apa yang dilakukan sianobakteri.
"Yang menarik pula untuk studi kami ini, yaitu mencoba menerangkan tentang peranan aspek biologis versus aspek geologis pada titik balik besar sejarah Bumi," ujar Planavsky.
Bumi merupakan satu-satunya planet di sistem keplanetan Tata Surya yang memiliki gas O2 dalam konsentrasi tinggi.
Beradaptasi dengan Zaman, Tokoh Pemuda Wewo Sadar Kebutuhan Energi Ramah Lingkungan
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR