Nationalgeographic.co.id—Jika saat ini kita sedang di rumah saja karena pandemi, barangkali kesibukan yang menghibur kita adalah memeriksa rilis film terbaru, atau mungkin menonton koleksi film usang demi menyiasati tekanan kehidupan pandemi.
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan oleh University of Melbourne dan Western Sydney University, menonton film dan televisi adalah "aktivitas kreatif" paling populer yang dilakukan oleh warga Australia saat karantina.
Penelitian ini juga menemukan bahwa mendengarkan album favorit atau menyanyikan lagu di kamar mandi mungkin lebih baik untuk kesehatan mental kita daripada sekadar duduk didepan televisi atau komputer, demikian lansir laman Australian Broadcasting Corporation (ABC).
Baca Juga: Earworm: Saat Lagu Terngiang di Kepala meski Kita Tak Menyukainya
"Sementara aktivitas kreatif yang paling umum adalah menonton film dan TV, aktivitas ini berada di peringkat paling bawah dalam daftar efektivitas dalam membuat orang merasa lebih baik," kata Frederic Kiernan kepada ABC. Dia merupakan peneliti dari Creativity and Wellbeing Hallmark Research Initiative, sekaligus penulis utama studi The Role of Artistic Creative Activities in Navigating the COVID-19 Pandemic in Australia.
Timnya menggunakan skala untuk mengukur kesepian, depresi, dan kecemasan. Peserta diminta untuk menentukan peringkat aktivitas kreatif dengan seberapa efektif hal tersebut meningkatkan suasana hati mereka.
"Kami menemukan bahwa mendengarkan musik, menyanyi, dan menari adalah tiga aktivitas paling efektif untuk membuat orang merasa lebih baik," kata Kiernan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan kreatif "reseptif" atau "pasif" lebih sering dilakukan di masa karantina karena mudah dilakukan di rumah.
Baca Juga: Mariya Takeuchi: Jenius Pop di Balik Kejutan Sukses City Pop Jepang
Aktivitas pasif merupakan tiga dari empat yang paling populer. Sebanyak 80 persen responden menonton film dan televisi, 72 persen mendengarkan musik, dan 60 persen membaca buku atau literatur lainnya.
Bahkan, aktivitas mendengarkan musik menduduki peringkat paling efektif secara keseluruhan untuk perbaikan suasana hati.
"Musik adalah jenis aktivitas kreatif artistik yang sangat khusus. Musik dapat disisihkan ke dalam kehidupan sehari-hari dengan sangat mudah dibandingkan dengan aktivitas lain," kata Kiernan kepada ABC. Penelitiannya mengeksplorasi hubungan psikologis antara kreativitas dan kesejahteraan.
Sementara aktivitas pasif terbukti lebih populer, peserta cenderung menilai aktivitas aktif dan kreatif memiliki peringkat lebih tinggi untuk perbaikan suasana hati, dengan pengecualian mendengarkan musik.
Baca Juga: Apa Itu Musik Dansa Disko, Bagaimana Asal Mula Terbentuknya?
"Mendengarkan musik biasanya dianggap sebagai aktivitas reseptif. Anda dapat melakukannya saat Anda sedang mengemudi atau melakukan pekerjaan rumah tangga, tetapi Anda juga dapat melakukannya dengan cara yang sangat penuh perhatian. Anda dapat duduk dan mendengarkan seluruh album dari awal hingga akhir," ujarnya kepada ABC.
Menyanyi dan menari menempati peringkat kedua dan ketiga masing-masing untuk peningkatan suasana hati dan dianggap aktif.
"Karena Anda terlibat dalam pembuatan karya seni daripada menemukan karya kreatif orang lain," kata Kiernan. Meskipun angkanya tinggi untuk peningkatan suasana hati, menari diidentifikasi oleh peserta sebagai aktivitas yang paling tidak diminati selama karantina.
Baca Juga: Borobudur, Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa dalam Ekspresi Bermusik
Kegiatan Kreatif Untuk Meningkatkan Suasana Hati di Masa Karantina
Kiernan mengatakan cara orang Australia beralih ke seni selama pandemi belum pernah terjadi sebelumnya. "Ini adalah keadaan yang sangat luar biasa. Khususnya selama lockdown panjang Victoria, kami mengamati orang-orang mulai membuat seni dan menggunakan kegiatan kreatif artistik untuk mengatasi kondisi karantina," ujarnya.
Bagi banyak orang Australia, pandemi COVID-19 telah memberikan rasa pengorbanan psikologis yang signifikan. Pada Juni, sebelum wabah varian Delta saat ini, satu dari lima orang Australia dilaporkan mengalami tekanan psikologis tingkat tinggi.
Baca Juga: Apa Salah Musik-Musik Barat Seperti The Beatles di Telinga Sukarno?
Dalam menghadapi krisis kesehatan mental yang dipicu oleh pandemi, penelitian Kiernan menambah semakin banyak bukti tentang manfaat aktivitas kreatif bagi kesehatan dan kesejahteraan.
Baca Juga: Nasib Musik Tanjidor: Dari Kaum Mardijker Sampai Kaum Pinggiran
Haruskan Seni Dituliskan Dalam Resep Obat ?
Program seni memiliki hasil positif dalam uji klinis untuk berbagai kondisi kesehatan mental, termasuk demensia, depresi, dan kecemasan.
Di Brussel, masih dalam uji coba, dokter meresepkan kunjungan museum untuk mengobati kelelahan dan patologi lain akibat stres yang diperburuk pandemi.
Di Australia, penyedia perawatan lansia Hammond Care telah berhasil menjalankan program Arts on Prescription selama beberapa tahun. Sementara studi dari University of Western Australia yang diterbitkan pada Mei 2021 menemukan lokakarya musik di lingkungan rumah sakit secara konsisten meningkatkan gairah hidup pasien dan mengurangi keluhan rasa sakit.
“Mendukung implementasi intervensi seni medis itu penting, tetapi nilai keterlibatan seni melampaui aplikasi klinis,” kata Kiernan. "Saya pikir penting untuk tidak memperlakukan seni seperti tumpukan obat yang bisa Anda ambil dan gunakan untuk mengobati penyakit.”
Baca Juga: Bioni Samp Si Pembuat Musik Elektronik dengan Lebah
Mengapa Kreativitas Membuat Kita Merasa Lebih Baik ?
Profesor Carol Brown, Kepala seni tari di Victorian College of the Arts, menegaskan pandangan Kiernan tentang nilai yang lebih luas dari seni untuk mempromosikan kesehatan. "Seni ekspresif memberi kita akses ke berbagai modalitas yang ada di dalam tubuh. Anda dapat menjelajahi berbagai emosi yang mungkin tidak dapat diakses dalam kehidupan sehari-hari," kata Brown.
Bekerja sama dengan Computational Psychiatry Lab di University of Melbourne, Brown mengerjakan proyek penelitian yang memadukan konsep artistik dan ilmu saraf untuk mengeksplorasi bagaimana tari dan musik meningkatkan kesehatan.
Mental Dance Project, memetakan gerakan penari menggunakan sensor yang dapat dipakai untuk menguji "nada perasaan" (pengalaman sensorik dalam tubuh). Selain itu mengeksplorasi bagaimana musik dan tarian berinteraksi untuk menciptakan keadaan psikosomatik yang berbeda.
"Saat kami menari bersama, kami terlibat dalam proses yang disebut ‘penghiburan’. Ada semacam kesadaran yang berkembang yang berasal dari itu. Kami merasakan napas dan gerakan satu sama lain, kami bergerak berirama bersama dan menemukan makna bersama," kata Brown.
Baca Juga: Bagaimana Si Pendiam Menjadi Paling Populer Dibanding Beatles Lainnya
Karantina dan langkah-langkah menjaga jarak sosial telah menimbulkan tantangan signifikan bagi banyak bentuk partisipasi kreatif—termasuk hal yang mengandalkan sinkronisitas fisik atau koneksi dengan orang lain.
"Kita tidak bisa bersama secara fisik sekarang, tetapi kita bisa terhubung seraca emosional saat bertemu daring. Dan itu memungkinkan kita untuk terus maju, berlatih bersama, dan menopang diri kita sendiri selama masa karantina."
Untuk beradaptasi dengan bentuk digital dari keterlibatan kreatif, kita perlu mengubah persepsi kita, kata Brown. "Ada pekerjaan yang lebih besar dalam hal adaptasi digital, untuk memahami bagaimana kita bisa menciptakan perasaan yang sama atau kesenangan yang sama dalam menari dari jarak jauh."
Kegiatan Kreatif yang Aman di Saat Pandemi
Bagi penari balet dan pengacara yang berbasis di Melbourne, Zara Lim, keterlibatan proses kreatif lewat daring memiliki manfaat yang tidak terduga.
"Balet mungkin tampak menakutkan bagi orang luar, tetapi melakukannya di Zoom adalah cara yang sangat aman untuk dipelajari karena Anda tidak perlu merasa malu," kata Lim. Dia berlatih penuh waktu di Australian Ballet School dan telah mengajar kelas balet dewasa daring selama karantina.
"Saya mengajar para pemula, sepenuhnya murni untuk kesenangan. Saya mengajari mereka teknik yang benar, tetapi semua orang benar-benar santai. Ini tidak menakutkan dan saya pikir orang-orang sangat menghargai itu," lanjutnya.
Sebagian besar negara di dunia masih dalam situasi karantina. Ruang ekspresi seni begitu terbatas, karena teater dan galeri tetap ditutup dan kelas kreatif dilakukan secara daring.
Lim mengatakan bahwa dia terlibat dengan tarian daring bukan hanya pelarian dari suramnya karantina, tetapi juga memberi siswanya tujuan terstruktur untuk diusahakan.
"Balet sangat teknis dan siswa saya benar-benar menyukainya dan ingin berlatih. Aktivitas ini juga merangsang pikiran mereka karena ada begitu banyak detail kecil untuk melakukan satu langkah."
Bagi Lim, menari adalah meditatif. "Saat menari, saya hanya fokus pada apa yang saya lakukan, dan tidak memikirkan hal lain. Ini adalah pelarian yang indah dari semua yang terjadi."
Baca Juga: Tidak Hanya Untuk Kesenangan, Musik Memiliki 5 Manfaat Bagi Tubuh
Source | : | ABC |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR