Saat itu, para serdadu tengah berjaga malam di benteng. Memasuki pukul setengah dua belas malam, seorang serdadu dikejutkan oleh sosok berpakaian putih yang muncul tiba-tiba. Sontak, serdadu itu lari dan melapor pada Letnan Schoemaker. "Letnan tak percaya akan hal itu, ia menuduh serdadunya tengah salah melihat" tulis Aars. Schoemaker menuduh bahwa serdadunya sebenarnya melihat kayu yang ia duga hantu.
"Empat malam lamanya, para sekilwak dan serdadu terus menerus dihantui oleh sosok berpakaian putih" tambahnya. Rasa tak percayanya, membuat Schoemaker memutuskan untuk berjaga langsung disekitar benteng. Ia juga memerintahkan untuk para sekilwak agar menyiapkan persenjataan dan kembang api untuk menerangi tempat keluarnya sosok yang diduga hantu itu.
Benar saja, saat lonceng berbunyi menunjukan pukul dua belas malam, sosok itu keluar dari kuburan yang berada di samping benteng. Para sekilwak yang kebanyakan orang Jawa, lantas terkejut, sambil menahan takut, tembakan kembang api dilepaskan ke arah keluarnya sosok itu. Sayang, saat ditembakkan, sosok itu langsung menghilang. "itoe setan hilang, tjoema kedengaran ketawa sadja" Aars menggambarkan situasi.
Baca Juga: Aceh dan Pemkab Blora Berencana Mengembangkan Makam Pocut Meurah Intan
Atas beragam keresahan terjadi, muncul Wakidin, serdadu pemberani dari Jawa yang kemudian menjadi kepercayaan Schoemaker. Ia diizinkan untuk menyelidiki asal usul dan misteri munculnya sosok yang telah membuat keresahan di sekitar benteng. Ia diberikan izin untuk berjaga selama 24 jam, serta menyusup keluar benteng mencari sumber dari kemunculan sosok itu.
Keesokan harinya, ia mulai berjaga di kuar benteng sejak pukul enam petang. Ia bersembunyi, menunggu hingga waktu gelap. Setelah menunjukan pukul tujuh, Wakidin mulai menyusup dibalik semak-semak, menyusuri hutan sampai pada markas serdadu-serdadu Aceh.
Markas serdadu Aceh yang memiliki pondasi tinggi, berdiri di atas tiang, kemudian dimanfaatkan oleh Wakidin. "Wakidin semboenji di bawah roemah itoe" tulis Aars. Ia mendengar semua percakapan para serdadu Aceh, menyelidiki apa yang akab mereka lakukan kemudian. Setelah mendengar seluruh isi percakapan, Wakidin tak mau berlama-lama, kembali ke benteng menceritakan kepada Letnan.
Baca Juga: Kisah Perempuan: Menelisik Ketangguhan Perempuan Aceh di Masa Lalu
Source | : | Tjerita-Tjerita Negeri Atjee |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR