Schoemaker lantas menyerukan semua untuk bersiap dan bergegas. Sekilwak dan serdadu Jawa telah menyadari, mereka yang ketakutan, mendadak jadi berani. "Sekarang orang Djawa itoe (sekilwak dan serdadu) soeda paham, itoe boekan setan, tetapi matamata (mata-mata Aceh)" tulis Aars.
Wakidin memimpin beberapa serdadu untuk mendampinginya mengecek tanah tempat munculnya sosok berpakaian putih itu. Sekitar setengah jam mereka berkeliling, tak satupun bukti yang didapat. Sampai akhirnya, salah seorang serdadu terjerembap ke dalam lubang di tanah pekuburan. Di dalamnya terdapat persenjataan yang disembunyikan tentara Aceh.
Wakidin dan serdadu mengetahui bahwa semuanya adalah siasat perang orang Aceh dalam menunggu pasukan Schoemaker lengah. Nahas, semua telah terbongkar. Dari sini kemudian pasukan Aceh yang hendak melancarkan serangan, malah terlebih dulu diserang. Sosok putih akhirnya ditemukan tewas dengan luka tembak di dadanya.
Baca Juga: Sepiring Mi Aceh: Teladan Cerita Kota Rempah dalam Kesejatian Rasa
Pertempuran dimenangkan pihak Belanda, sedangkan orang-orang Aceh harus kalah. Meski begitu, siasat perang itu telah membuat gempar dan ketakutan para pasukan Schoemaker selama beberapa hari. Namun, mata-mata itu juga nampaknya berhasil.
Menurut Merle C. Ricklefs dalam bukunya berjudul A History of Modern Indonesia Since c. 1300, terbitan 1991, menjelaskan bahwa selang beberapa tahun kemudian, pada 1873, giliran rakyat Aceh yang menang atas Belanda setelah mengetahui beberapa titik kelemahan Belanda.
Baca Juga: Pesona Lada Aceh, dari Ottoman hingga Eropa Barat
Source | : | Tjerita-Tjerita Negeri Atjee |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR