Dua maneken hasil rekonstruksi fosil manusia purba yang diimpor dari Prancis telah selesai dibuat dan segera dikirim. Dua figur Homo erectus laki-laki dan perempuan tersebut akan dipajang di Museum Sangiran Klaster Bukuran, Sragen, Jawa Tengah.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Harry Widianto mengatakan, dua maneken itu dikreasi oleh paleoartis asal Prancis, Elisabeth Daynes. Ia mengonstruksi tengkorak dan tulang belulang fosil hingga menjadi figur utuh.
Kedua tengkorak Homo erectus yang dinamai Sangiran 17 (laki-laki) dan Sangiran 2 (perempuan) itu merupakan koleksi Museum Sangiran yang hidup pada satu masa yang sama, yakni pada 17.000 tahun yang lalu. ”Yang Sangiran 17 merupakan temuan tahun 1969, sedangkan yang Sangiran 2 itu ditemukan pada 1936. Keduanya memang direncanakan untuk dipasang di Bukuran, ini kluster di Sangiran yang khusus bercerita mengenai evolusi manusia,” tutur Harry, di Jakarta, Senin (14/4).
Maneken dibuat dari bahan silikon sehingga hasilnya alami. Rambutnya juga dipasang helai demi helai dengan berhati-hati. ”Butuh waktu empat sampai enam bulan untuk satu maneken. Saya sudah melihat hasilnya di Paris, yang laki-laki ini tampak feminin,” sambung Harry.
Rekonstruksi manusia purba ini penting dan perlu agar masyarakat mengetahui gambaran utuh figur tersebut. Paleoartis mengetahui dengan detail karakteristik fosil dilihat dari bentuk tengkorak, tulang-belulang, rahang, hingga gigi. ”Jadi dijamin bentuk maneken ini sangat mirip dengan bentuk manusia purba waktu itu,” kata Harry.
Kemdikbud berencana menambah lagi empat maneken mulai tahun depan. Dua maneken dibuat dari fosil zaman paling tua, yakni 1,5 juta hingga 900.000 tahun yang lalu. Dua fosil lain dari masa 200.000 - 100.000 tahun yang lalu. ”Nanti jadi ada enam maneken untuk mewakili tiga masa Homo erectus,” ujar Harry.
Jumlah temuan fosil di Sangiran meningkat tiap tahun. Bahkan Harry berani mengatakan, rata-rata tiap pekan ada temuan baru. Para ilmuwan pun ingin menunjukkan pengetahuan paling mutakhir tentang evolusi manusia. Saat ini terdapat 120 individu manusia purba di Sangiran yang masih berbentuk tengkorak dan tulang belulang tubuh yang terpisah-pisah.
Mengenai koleksi Museum Sangiran ini, museolog Kartum Setiawan mengapresiasinya. Ia juga mendukung pemajangan temuan-temuan baru di museum agar masyarakat tergerak untuk datang berkunjung, seorang lebih dari satu kali kunjungan.
”Koleksi museum di Indonesia sangat unik dan langka. Hanya saja penyajiannya kurang menarik sehingga masyarakat enggan datang. Sangiran menjadi contoh yang bagus. Koleksinya langka dan tampilannya juga asyik,” kata Kartum. Ia mencontohkan Museum Mpu Purwa di Malang yang koleksinya sangat langka, tetapi penyajiannya kurang menarik dan akses jalannya sulit.
Jumlah pengunjung Museum Sangiran tahun lalu mencapai 34.000 orang. ”Lebih dari 50 persen adalah masyarakat umum. Ini menggembirakan,” kata Harry.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR