Kumpulan awan yang menggayut di wilayah Jakarta memicu hujan. Namun, ada yang beda dengan hujan pada Selasa (22/4). Hujan bukan air cair, melainkan butir-butir es. Mengapa demikian?
Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian mengatakan, hujan es di Jakarta hari ini dapat disebabkan oleh paduan berbagai faktor.
"Pada siang hari seperti ini, terjadi angin laut. Saat ini, angin laut bergerak lebih cepat sehingga bisa menembus ketinggian lebih tinggi dari biasanya, mencapai freezing level," ujar Edvin.
Edvin mengungkapkan, freezing level terasa di ketinggian 13.000 kaki. "Ketika angin bergerak sangat cepat mencapai wilayah lebih tinggi, yang terjadi uap air mengalami sublimasi, dan akhirnya turun menjadi hujan es," imbuhnya.
Edvin menambahkan, faktor lain yang memicu adalah adanya angin yang bergerak dari daerah lebih tinggi di wilayah selatan DKI Jakarta.
"Angin ini bisa memblokade angin laut dan membuatnya bergerak ke wilayah lebih tinggi," papar Edwin.
Sementara itu, pakar meteorologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Zadrach Leoufij Dupe mengatakan, hujan es di Indonesia itu umum, terjadi setiap tahun.
Zadrach mengatakan, saat ini Indonesia mengalami pancaroba. Pada masa itu, temperatur lebih tinggi sehingga konveksi juga lebih tinggi, mempengaruhi intensitas pembentukan awan.
Awan yang terbentuk di Jakarta adalah awan kumulonimbus yang tinggi dan tebal. "Saat jatuh, harusnya awan mencair. Tetapi kalau ukuran butiran cukup besar, akhirnya ketika jatuh masih dalam bentuk es," kata Zadrach.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR