Melancong sudah dianggap bagian dari kebutuhan oleh orang Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Bukan dianggap pemborosan lagi. Sayangnya, “Orang Indonesia masih banyak yang belum menganggap travel warning dan travel insurance itu penting. Padahal, bila dalam perjalanan sakit dan membutuhkan perawatan di rumah sakit, kan rugi berganda: tak bisa menikmati perjalanan, mesti keluar uang tak sedikit.”
Ini diungkapkan Iris Rengganis dari Divisi Alergi Imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM dalam kesempatan peluncuran kampanye SEHATi Lindungi oleh Novartis pada Rabu (23/4).
Sama seperti pesan pesawat dan hotel secara online, mengetahui serba-serbi dan meminta informasi peringatan perjalanan (travel warning) dan asuransi perjalanan (travel insurance) sama mudahnya. “Pilih situs online yang kompeten,” wanti-wanti Iris.
Untuk travel warning, disarankan situs Center for Disease Control & Prevention (www.cdc.gov) yang sangat komprehensif. Masuklah ke bagian Traveler’s Health yang mendaftar lengkap semua negara di dunia dengan penyakit endemik khas yang perlu diwaspadai pengunjung, baik untuk berwisata maupun tinggal lama untuk belajar atau bekerja.
Kewaspadaan bukan hanya di daerah atau negara tertuju, melainkan juga dalam perjalanan menuju ke tujuan dan kembali ke tanah air. Bukan tak mungkin, kita duduk di sebelah penumpang yang sudah terjangkit penyakit menular berbahaya.
“Ada warga Malaysia duduk di kursi pesawat 18G. Ketika pulang ia demam tinggi. Ketika ke rumah sakit, ia menyebut baru saja kembali dari umrah. Setelah diperiksa, ia positif meningitis. Walau akhirnya tak tertolong, ia sudah menolong diagnosis, dan kesiagaan pemerintah,” ungkap Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Kementerian Kesehatan RI.
Penumpang yang berada di sekitar penumpang 18G itu juga segera dihubungi untuk kesiagaan tak terjangkit, dan tak menjangkiti orang-orang di dekatnya, bila ia ternyata hanya sebagai carrier, pembawa bakteri meningokokus yang memicu radang selaput otak berakibat fatal tersebut.
“Untuk jenis penyakit endemik menular yang melintasi batas negara macam ini, pejabat berwenang di Malaysia segera menyebar info ke pejabat setingkat di semua negara, termasuk saya di Indonesia. Ini penting agar kasus serupa tak terulang dan menyebar,” lanjut Tjandra.
Penulis | : | |
Editor | : | Kahfi Dirga Cahya |
KOMENTAR