Haines peneliti Department of Public Health di London School of Hygiene & Tropical Medicine, Inggris, memaparkan ada hubungan antara gelombang panas yang terbentuk akibat perubahan iklim, dengan hasil kesehatan. Dia bersama berbagai peneliti lintas negara menerbitkan penelitian di jurnal Nature Climate Change bulan Juni lalu.
Dia dan tim menemukan, bahwa akan banyak manusia yang meninggal di beberapa negara, dengan akses yang lebih sedikit pada alat pendingin seperti AC, atau mereka yang rentan terhadap suhu panas.
Gelombang panas ini juga akan membuat ketimpangan pangan dari sektor kelautan. Lantaran, ikan bermigrasi ke kawasan dekat kutub untuk menghindari panas, sehingga stok ikan di subtropis akan mengecil dan "memiliki implikasi besar untuk nutrisi bagi masyarakat pesisir yang bergantung pada ikan," ujar Haines.
Baca Juga: Perubahan Iklim Mengancam Ketahanan Pangan Sektor Perikanan Indonesia
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) juga memaparkan perubahan iklim dapat menurunkan hasil panen, akibat pola cuaca hujan dan perubahan ekstrem.
Belum lagi, penelitian berjudul Rising CO2 threatens human nutrition di National Center for Biotechnology Information Amerika Serikat mengungkap, kadar karbon dioksida di atmosfer bisa merusak zinc, zat besi, dan protein yang menjadi nutrisi manusia dari tumbuhan.
Mereka mendapatkan malnutrisi akibat gelombang panas, seperti penyakit jantung, kanker, dan diabetes. Ada pun risiko gangguan pertumbuhan pada anak-anak juga mengancam, dan membahayakan fungsi kognitif mereka.
Ilmuwan dan petani mulai belajar bagaimana cara menghadapi krisis pangan akibat perubahan iklim, sebagai cara adaptasi. Seperti yang National Geographic Indonesia laporkan sebelumnya, lewat agrometeorologi petani bisa merangkap menjadi peneliti untuk mengetahui tanaman, dan kondisi apa yang cocok untuk penanaman.
"Pertanian yang menanggapi seharusnya [berisi petani] yang tanggap perubahan iklim, adalah yang mampu megantisipasi dan mengambil keputusan untuk tanggap konsekuensi perubahan iklim," ujar Yunita T Winarto, Guru Besar Purna Bakti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Baca Juga: Para Petani Rangkap Peneliti, dan Kisahnya Menghadapi Perubahan Iklim
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR