Untuk memahami hubungan antara makanan olahan susu dan kesehatan jantung diperlukan penelitian lebih lanjut. Selain analisis di Swedia, di mana konsumsi susu secara global termasuk tinggi, para peneliti melakukan meta-analisis pada 17 penelitian lain yang melibatkan hampir 43.000 orang di Inggris, Amerika Serikat dan Denmark.
Analisis yang lebih luas juga menghubungkan antara sering mengkonsumsi lemak susu dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah. Dr Kathy Trieu mengatakan temuan ini secara luas berlaku untuk negara-negara dengan pola makan barat, seperti Australia.
Namun, para peneliti juga menyarankan bahwa ekstrapolasi temun ini ke kelompok entnis lain harus dilakukan dengan hati-hati. Karena sebagian besar orang berusai 60 tahun yang mereka ikuti lahir di Swedia atau Finlandia.
Baca Juga: Temuan Prasejarah Ini Ungkap Bayi Sudah Diberi Susu Sapi Sejak 5.000 Tahun Lalu
Selama masa studi ini, ada 578 “peristiwa” penyakit jantung dan 616 kematian di antara partisipan orang Swedia. Dilansir dari United Press International, mereka yang memiliki kadar 15:0 (asam lemak yang ditemukan dalam makanan dan minuman yang mengandung lemak susu) tertinggi dalam darahnya memiliki risiko penyakit jantung 25 persen lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar asam lemak terendah.
Sedangkan, pada penelitian yang melibatkan hampir 43.000 orang kadar 15:0 yang lebih tinggi dan asam lemak lain yang terkait dengan produk susu atau 17:0 mengurangi risiko penyakit jantung hingga 12 persen. Mengkonsumsi beberapa produk susu, termasuk produk fermentasi telah dikaitkan manfaatnya bagi jantung.
“Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa dampak kesehatan dari makanan olahan susu mungkin lebih tergantung pada jenisnya. Seperti keju, susu, yogurt dan mentega daripada kandungan lemaknya. Penting untuk diingat meski produk olahan susu bisa kaya akan lemak jenuh, mereka juga kaya akan nutrisi lain dan dapat menjadi bagian dari pola makan sehat,” jelas Dr Kathy Trieu.
Baca Juga: Susu Kecoak Sebagai Minuman Energi di Masa Depan, Mungkinkah?
Source | : | The Guardian,United Press International (UPI) |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR