Pemenang kompetisi media sosial yang diadakan Karcher, Melisa Ayu Lestari, mendapatkan kesempatan turun dari puncak Monumen Nasional (Monas) pada Kamis (15/5). Meluncur dari ketinggian 132 meter, mahasiswi semester II Program Magister Psikologi Profesi Universitas Atmajaya tersebut mengaku tidak waswas.
"Seru. Berani. Kebetulan aku enggak takut ketinggian. Aku juga suka tantangan gitu yang belum dicoba," kata Melisa Ayu di Monas, Jakarta.
Perempuan yang tengah mengisi hari-harinya dengan kuliah S-2 ini menuturkan, dirinya bisa ikut andil dalam acara "Monas Fun Cleaning Day with Kaercher" berawal dari jejaring sosial Path. Ketika itu, katanya, seorang teman memublikasikan flyer mengenai bersih-bersih Monas.
Melisa langsung tertarik melihat hadiah yang tertera pada flyer Karcher. Lantas, dia membuka akun Facebook perusahaan pembersih gedung itu. Dia tertarik dengan kompetisi cerpen di laman beranda Facebook Karcher Indonesia yang mengimingi hadiah turun dari puncak Monas ke bawah.
"Waktu itu tagline-nya 'Kesempatan untuk meluncur dari puncak Monas'. Akhirnya coba kirim," katanya.
Tak membuang waktu, Melisa segera menuliskan cerpen di bagian comment publikasi flyer pada Facebook. Dia mengaku sebagai orang terakhir yang mengikuti kompetisi tersebut.
Melisa mengisahkan, cerpen singkat yang dituliskan saat itu lebih mengajak masyarakat untuk menjaga Monas sebagai landmark Jakarta. Menurut dia, masyarakat Jakarta harus berpartisipasi membantu pemerintah dalam menerapkan kebersihan di cagar-cagar budaya.
Dia menuliskan, pemerintah tidak dapat berjalan sendiri, pemerintah tidak dapat merawat sendiri, tetapi pengunjung dan warga Jakarta yang seharusnya sadar diri untuk menjaga kebersihan monumen bersejarah lain.
Melisa berharap Monas dapat lebih terawat kebersihannya, khususnya dengan menyediakan tempat sampah di setiap sudut Monas. Jadi, tidak ada lagi istilah membuang sampah sembarangan.
Selain itu, dia menyarankan lingkungan Monas harus bersih dari pedagang kaki lima. Para pedagang pun harus disediakan tempat khusus yang formal diberikan pemerintah demi mengatur kawasan Monas lebih tertib.
Dari cerpen karyanya tersebut, anak bungsu dari dua bersaudara ini mendapat hadiah meluncur dari puncak ke bawah dan voucer belanja. Dia mengalahkan sekitar 50 orang lainnya yang menjadi pesaing dalam kompetisi cerpen tersebut.
"Hadiahnya meluncur dari atas (puncak) ke bawah. Terus dapat voucer belanja senilai Rp 500.000," kata Melisa.
Melisa menceritakan pengalamannya menuruni tugu Monas selama 45 menit tersebut. Dari puncak Monas, Melisa bersama teknisi Karcher mulai menaiki tembok puncak Monas. Saat itu, Melisa menduduki puncak Monas, tetapi kakinya terlilit dengan tali. Petugas dari Karcher menenangkan dirinya dengan mengatakan, "Don't worry, don't worry."
Setelah mendapat pengarahan dari si petugas, Melisa meluncur dengan tenang. Pendamping itu mengatakan kepadanya, "It's your trip", yang menandakan Melisa bebas meminta berhenti cepat atau lambat dalam menuruni tali. Kesempatan inilah yang tak disia-siakan Melisa dengan meminta berhenti di tengah badan tugu.
"Pas lihat ternyata Jakarta itu besar. View bagus dari atas. Anginnya saat itu pas di tengah mau ke bawah goyang banget. Untungnya, pas di atas ke tengah biasa aja. Jadi, semakin swing pas dari tengah ke bawah," kata Melisa.
Sesampainya di cawan Monas, waktu 45 menit dirasa kurang oleh Melisa. Ia pun menginginkan lagi meluncur dari atas dan melihat pemandangan Jakarta di tengah embusan angin.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR