Gubernur Bali Made Mangku Pastika memutuskan lokasi pembangunan bandara kedua di Bali. Bandara internasional kedua ini direncanakan di Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Ia tidak bisa menunggu lama dalam memutuskan lokasi karena target pembukaan tender pembangunan mulai pertengahan tahun ini.
Hingga Sabtu (17/5), beberapa calon investor yang akan presentasi belum datang untuk menawarkan konsep lebih lengkap. Menurut Pastika, ia berharap ada opsi lainnya untuk hal terbaik bagi masyarakat Buleleng.
”Kami berupaya menunggu calon investor lain seperti dari Singapura yang berjanji akan datang, tetapi belum ada kabar untuk presentasi. Kami pun dikejar waktu,” kata Pastika.
Ia berharap dalam Mei ini bisa melaporkan ke Jakarta mengenai rencana pembangunan bandara kedua di Bali setelah Ngurah Rai di Badung. Luas lahan yang dibutuhkan sekitar 600 hektar dengan menelan dana mencapai Rp 3 triliun.
Pastika berjanji tidak akan menggusur atau mengganggu bangunan pura dan penduduk dengan berlebihan. ”Yang pasti, pembangunannya harus hati-hati dan serius. Ini termasuk memikirkan infrastruktur di sekitarnya nanti. Kami akan berupaya menggunakan lahan provinsi agar tidak mengganggu masyarakat,” ujarnya.
Pemerintah setempat menargetkan tahun 2018 bandara kedua di Bali mulai terbangun. Bandara Buleleng ini diharapkan mampu mendongkrak kesejahteraan ekonomi masyarakat Bali bagian utara sehingga ketimpangan antara Bali bagian utara dan selatan segera terkikis.
Sejumlah pihak, seperti tokoh-tokoh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan akademisi, memberikan masukan kepada gubernur agar segala keputusan soal rencana pembangunan bandara kedua Bali di Buleleng tidak tergesa-gesa. Mereka berharap keputusan yang diambil benar-benar matang karena lahan Bali sangat sedikit.
Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Made Sendra menyatakan, menentukan lokasi bandar udara internasional di Buleleng tidak mudah. Alasannya, ini menyangkut adat, budaya, dan sosial. Menurut dia, masyarakat setempat tak menolak perubahan dan modernisasi.
”Hanya saja, beberapa lokasi dan bangunan di calon lokasi bandara memiliki nilai historis sehingga kami berharap agar semua bangunan yang dianggap sakral dan histori tidak hilang,” kata Sendra.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR