Pada penelitian tersebut, para ilmuwan mengekstrak sepotong tulang rawan artikular distal dari tulang paha kanan spesimen tersebut. Para peneliti kemudian mendekalsifikasikannya dengan menggunakan mikroskop dan metode kimia yang berbeda untuk menganalisisnya.
Para peneliti menyadari bahwa semua sel telah termineralisasi oleh silisifikasi setelah kematian dinosaurus tersebut. Silifikasi ini kemungkinan besar yang memungkinkan pelestarian sel-sel ini dengan sangat baik.
Mereka juga menemukan dua jenis sel utama: sel yang sehat pada saat fosilisasi, dan sel yang tidak terlalu sehat yang keropos dan menjadi fosil saat dalam proses kematian. "Ada kemungkinan bahwa sel-sel ini sudah mati bahkan sebelum hewan itu mati," kata Alida Bailleul, Associate Professor di IVPP dan penulis penelitian ini.
Baca Juga: Kurupi itaata, Dinosaurus Predator Baru yang Ditemukan di Brasil
Kematian sel adalah proses yang terjadi secara alami sepanjang kehidupan semua hewan. Tetapi mampu menempatkan sel yang membatu ke tempat tertentu dalam siklus sel, adalah sesuatu yang cukup baru dalam paleontologi. Ini adalah salah satu tujuan para ilmuwan IVPP, yaitu untuk meningkatkan citra seluler dalam fosil.
Selanjutnya, tim mengisolasi beberapa sel dan menandainya dengan bahan kimia yang digunakan di laboratorium biologi di seluruh dunia. Bahan kimia ungu ini, yang disebut hematoxylin, diketahui mengikat inti sel. Setelah pewarnaan bahan dinosaurus, satu sel dinosaurus menunjukkan inti ungu dengan beberapa benang ungu gelap. Ini berarti sel dinosaurus berusia 125 juta tahun memiliki nukleus yang terpelihara dengan baik sehingga mempertahankan beberapa biomolekul asli dan benang kromatinnya.
Kromatin di dalam sel semua organisme hidup di Bumi terbuat dari molekul DNA yang padat. Hasil penelitian ini dengan demikian memberikan data awal yang menunjukkan bahwa sisa-sisa DNA dinosaurus asli masih dapat dilestarikan. Tetapi untuk menguji ini secara tepat, tim perlu melakukan lebih banyak pekerjaan dan menggunakan metode kimia yang jauh lebih halus daripada pewarnaan yang mereka gunakan saat ini.
Baca Juga: Apakah Dinosaurus Juga Sering Jatuh Sakit dan Terluka Seperti Manusia?
Source | : | Nature,Chinese Academy of Sciences |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR