Dikelilingi rak yang berisi puluhan ribu kaset bekas, Jonatan (12) berulang kali membuka kotak kaset dan membaca sampul album beberapa band ternama luar negeri. Sabtu (24/5) siang, bocah tersebut ditemani ibunya, Elvira (47), membolak-balik balik sampul band The Beatles, Bee Gees, dan Queen.
Di sela alunan musik era 1990-an, murid SMP Ora et Labora itu membeli sepuluh kaset, termasuk enam kaset The Beatles yang merupakan band favoritnya. "Lagunya asyik, terutama 'Hey Jude'. Apalagi kalau didengar lewat kaset," kata Jonatan di salah satu toko kaset bekas di Blok M, Jakarta.
Sebetulnya, di era multimedia, Jonatan bisa saja mengunduh lagu-lagu lawas tersebut tanpa perlu berlelah-lelah blusukan ke toko-toko kaset. Namun, ia menemukan sensasi tersendiri ketika mendengarkan alunan lagu dari putaran pita-pita tipis warna coklat itu.
Jonatan bukanlah satu-satunya pengunjung toko itu. Di situ sudah ada Hary (28), yang bahkan telah memilih 11 kaset. Karyawan swasta di daerah Mampang ini memang hobi mengoleksi kaset dari penyanyi kesukaannya. Hobi ini sejalan dengan idealismenya: mendukung industri musik dengan tidak membeli media bajakan atau mengunduhnya.
Barry (42), kolektor kaset sekaligus pemilik toko, mengatakan, memiliki kaset asli dari band atau penyanyi kesukaan merupakan sebuah kebahagiaan bagi kolektor kaset.
"Proses mencari apa yang memang diinginkan, lalu menemukan di tempat-tempat yang kadang tidak diduga, menjadi pengalaman tersendiri bagi saya," ucap mantan vokalis salah satu band beraliran punk ini.
Blok M memang menjadi "sarang" baru penjual kaset bekas. Tak kurang dari 17 toko kaset bekas telah buka pukul 10.00-21.00. Beragam jenis musik dan media rekam pun lengkap tersedia, termasuk kaset dan kepingan CD, serta piringan hitam. Selain di Blok M, Jalan Surabaya di Jakarta Pusat telah lebih dulu menjadi sentra kaset bekas. Saat ini, 12 kios menyiapkan kaset bekas bagi pelanggan setia.
Menurut Untung (45), pengelola salah satu toko kaset, dalam sehari rata-rata 10 pembeli datang ke tempatnya. Pembeli tersebut berasal dari berbagai segmen umur, selera musik, atau kelas ekonomi. Tujuannya pun beragam, dari sekadar datang untuk melengkapi koleksi, memberi hadiah buat kawan dekat, atau untuk bernostalgia.
Jumlah kaset yang diburu dan dibeli sangat bervariasi. Pelanggan biasanya membeli paling sedikit 10 buah setiap kali datang. Enam bulan lalu bahkan ada yang membeli 100 kaset. Pelanggan berasal dari berbagai kota di Tanah Air, seperti Yogyakarta, Banda Aceh, dan Manado. "Pokoknya, Indonesia banget," ujar Untung.
Sementara itu, Rijal (39), pedagang kaset di Jalan Surabaya yang sudah sembilan tahun mewarisi usaha ayahnya, menjadikan "bursa kaset bekas" sebagai hiburan menarik. Di sinilah ia bisa bertemu komunitas penggemar musik lawas. Keguyuban pun terjalin melalui aksi tukar cerita dan pengalaman serta barter kaset.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR