Suhu alam semesta tak selalu sama sepanjang waktu. Pada permulaannya, suhu alam semesta meningkat perlahan hingga pada satu titik mengalami hal sebaliknya: mendingin.
Sejak lama, astronom bertanya-tanya, kapan suhu alam semesta mencapai puncaknya? Kapan pendinginan dimulai?
Riset terbaru ilmuwan dari Swinburne University of Technology mengungkap bahwa suhu semesta mencapai puncaknya 11 miliar tahun lalu. Saat itu, suhunya mencapai 13.000 derajat celsius.
Ilmuwan mengungkap suhu awal alam semesta (3-4 miliar tahun setelah terbentuk) dengan mempelajari gas-gas yang ada di medium antargalaksi.
Pada masa-masa awalnya, semesta memanas karena galaksi-galaksi mulai lahir dan memanaskan lingkungan sekitarnya. "Namun, 11 miliar tahun lalu, 'demam' ini sirna dan semesta mulai mendingin lagi," ucap Elisa Boera, mahasiswa Swinburne Center for Astrophysics and Supercomputing.
"Medium antargalaksi adalah perekam sejarah semesta yang baik, menyimpan memori peristiwa besar, seperti suhu, komposisi, dan perbedaannya selama evolusi semesta," imbuh Boera.
Sementara itu, Boera juga mengoleksi cahaya paling biru yang ditransmisikan oleh atmosfer Bumi, sinar ultraviolet dari 60 kuasar.
Sinar ultraviolet itu berasal dari perkembangan alam semesta selanjutnya. Dengan demikian, ilmuwan bisa mengetahui suhu alam semesta pada perkembangan selanjutnya.
"Sinar itu menunjukkan bahwa semesta mendingin sekitar 1.000 derajat Celsius dalam 1 miliar tahun setelah mencapai titik tertinggi 13.000 tahun lalu," kata Boera. Dikutip dari NDTV, Minggu (25/5), Boera mengungkapkan bahwa pendinginan itu terus berlangsung sampai sekarang.
Apa sebab pemanasan dan pendinginan? Michael Murphy dari Swisburne University yang juga terlibat riset mengatakan, "Kami pikir jawabannya adalah helium."
Murphy mengatakan, 14 persen dari gas antargalaksi adalah helium. Dan, pada 12 miliar tahun lalu, gas itu menyerap radiasi dari galaksi, kehilangan elektron dalam prosesnya.
Elektron itulah yang kemudian memanaskan gas, persis seperti bagaimana karbon dioksida membuat Bumi semakin panas. Dalam prosesnya, hidrogen terus terionisasi. Semesta juga terus mengembang. Alhasil, setelah suhu alam semesta mencapai titik terpanasnya itu pun, semesta mendingin.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR