Cuk kicak kicuk kicak kicuk kereta berangkat, cuk kicak kicuk kicak kicuk hatiku gembira".
Musik dangdut berjudul ”Kereta Malam” pecah di tengah kerumunan warga yang menumpahkan kegembiraan di Pekan Rakyat Jakarta di Monumen Nasional, Rabu (11/6).
Suara MC dengan echo yang kental berdengung memanggil-manggil pengunjung untuk menaiki wahana permainan kora-kora, komidi ombak, dan bianglala. Kelap-kelip lampu aneka warna menerangi malam, bak panggung hiburan di alam terbuka. Jerit histeris dan tawa pengunjung lepas tanpa batas, memancarkan aura bahagia tak terkira.
Pekan Rakyat Jakarta memang khusus diselenggarakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menghibur warga Ibu Kota dalam menyambut hari ulang tahun Jakarta yang ke-487.
Pesta rakyat kembali dihidupkan sejak pertama digagas tahun 1968 oleh Presiden Soeharto di Monumen Nasional. Tidak ada tiket masuk, seluruh warga, kaya ataupun ”rakyat jelata”, leluasa masuk-keluar kapan saja. Tidak ada pula penyejuk ruangan, semua berlangsung di tempat terbuka.
Berbekal 10.000 rupiah, baik anak-anak maupun orang dewasa sudah bisa menaiki kora-kora selama lebih kurang 10 menit. Tak perlu mesin untuk menggerakkan permainan ini, semua digerakkan dengan tenaga manusia. Tak hanya sensasi melawan gravitasi, pengunjung pun terhibur dengan atraksi para petugas yang bergelantungan, melompat, dan meliuk-liuk menggerakkan kora-kora.
Di sekeliling monumen berhamparan lapak pedagang cendera mata, pakaian, makanan, dan minuman hingga juru foto dokumentasi dan tukang ramal telapak tangan. Tak ketinggalan penjaja kuliner khas Betawi. Di antara lalu lalang warga, ondel-ondel dan badut berkostum lucu hingga berkostum hantu mencari perhatian pengunjung untuk berfoto bersama dengan bayaran sukarela.
Selama sepekan hingga 15 Juni, setiap hari warga Jakarta bisa berbagi tawa, melepas sejenak persoalan kota yang pelik dalam suasana pesta yang murah meriah, tetapi penuh warna.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR