Sebagaimana yang dilansir Tech Explorist, Prof. Tanja Schwander dari Departemen Ekologi dan Evolusi Universitas Lausanne mengatakan, “Itu mungkin terdengar sederhana. Namun dalam praktiknya, efek Meselson belum pernah ditunjukkan secara meyakinkan pada hewan—sampai sekarang.”
Tim yang ikut serta dalam studi tersebut termasuk gabungan ahli biologi dan ahli zoologi yang berasal dari Universitas Cologne dan Göttingen, serta Universitas di Lausanne (Swiss) dan Universitas Montpellier (Prancis).
Melalui reproduksi aseksual, spesies ini menghasilkan klon genetik untuk memperkenalkan varian genetik ke dalam genom mereka. Dengan demikian, mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan mereka selama masa evolusi.
Baca Juga: Kumbang Spesies Baru yang Terjebak di Tinja Selama 230 Juta Tahun!
Namun, spesies ini tidak memiliki sistem reproduksi seksual. Sehingga percampuran dalam spesies aseksual menyebabkan dua duplikat genom yang mengumpulkan mutasi atau perubahan informasi genetik secara bebas. Hal ini akan menjadikannya semakin unik dalam satu individu.
Keberadaan spesies hewan aseksual purba seperti O. nova ini sulit dijelaskan oleh ahli biologi evolusi karena reproduksi aseksual tampaknya sangat merugikan dalam jangka panjang. Spesies hewan seperti O. nova ini, hanya terdiri dari betina saja, oleh karena itu kasus ini disebut juga sebagai 'skandal aseksual kuno'.
Untuk mendukung studi ini, para ilmuwan berusaha mengumpulkan populasi Oppiella nova yang berbeda dan spesies Oppiella subpectinata yang berkerabat dekat namun bereproduksi secara seksual di Jerman. Kemudian, mereka mengurutkan serta menganalisis informasi genetiknya. Tentu saja ini bukan pekerjaan yang mudah. Ini adalah tugas Sisyphean (tugas yang tampaknya tidak ada habisnya dan sia-sia—Anda terus melakukannya tetapi tidak pernah selesai).
Baca Juga: Ilmuwan Identifikasi Fosil Kumbang Berkaki Katak Berusia 49 Juta Tahun
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR