Nationalgeographic.co.id—Sampai saat ini, banyak ilmuwan yang percaya bahwa spesies hewan tidak akan dapat bertahan hidup lebih lama tanpa melakukan reproduksi seksual. Berdasarkan pernyataan ini, dapat diartikan juga bahwa tidak ada hewan yang hidup tanpa kawin. Keyakinan ini ternyata bertentangan dengan hasil sebuah studi baru yang dilakukan oleh tim peneliti internasional.
Untuk pertama kalinya, ilmuwan mencoba mendemonstrasikan apa yang disebut efek Meselson pada hewan. Efek ini menggambarkan jejak karakteristik dalam genom organism yang menunjukkan reproduksi aseksual murni. Karakter ini ditemukan pada tungau kumbang Oppiella nova.
Studi ini sudah dipublikasikan dalam jurnal PNAS pada 21 September 2021. Judulnya, Haplotype divergence supports long-term asexuality in the oribatid mite Oppiella nova, yang menunjukkan kepada kita bahwa ada hewan yang dapat bertahan hidup dalam rentang waktu yang lama sepenuhnya tanpa berhubungan seks.
Sebagaimana yang dilansir Tech Explorist, Prof. Tanja Schwander dari Departemen Ekologi dan Evolusi Universitas Lausanne mengatakan, “Itu mungkin terdengar sederhana. Namun dalam praktiknya, efek Meselson belum pernah ditunjukkan secara meyakinkan pada hewan—sampai sekarang.”
Tim yang ikut serta dalam studi tersebut termasuk gabungan ahli biologi dan ahli zoologi yang berasal dari Universitas Cologne dan Göttingen, serta Universitas di Lausanne (Swiss) dan Universitas Montpellier (Prancis).
Melalui reproduksi aseksual, spesies ini menghasilkan klon genetik untuk memperkenalkan varian genetik ke dalam genom mereka. Dengan demikian, mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan mereka selama masa evolusi.
Baca Juga: Kumbang Spesies Baru yang Terjebak di Tinja Selama 230 Juta Tahun!
Namun, spesies ini tidak memiliki sistem reproduksi seksual. Sehingga percampuran dalam spesies aseksual menyebabkan dua duplikat genom yang mengumpulkan mutasi atau perubahan informasi genetik secara bebas. Hal ini akan menjadikannya semakin unik dalam satu individu.
Keberadaan spesies hewan aseksual purba seperti O. nova ini sulit dijelaskan oleh ahli biologi evolusi karena reproduksi aseksual tampaknya sangat merugikan dalam jangka panjang. Spesies hewan seperti O. nova ini, hanya terdiri dari betina saja, oleh karena itu kasus ini disebut juga sebagai 'skandal aseksual kuno'.
Untuk mendukung studi ini, para ilmuwan berusaha mengumpulkan populasi Oppiella nova yang berbeda dan spesies Oppiella subpectinata yang berkerabat dekat namun bereproduksi secara seksual di Jerman. Kemudian, mereka mengurutkan serta menganalisis informasi genetiknya. Tentu saja ini bukan pekerjaan yang mudah. Ini adalah tugas Sisyphean (tugas yang tampaknya tidak ada habisnya dan sia-sia—Anda terus melakukannya tetapi tidak pernah selesai).
Baca Juga: Ilmuwan Identifikasi Fosil Kumbang Berkaki Katak Berusia 49 Juta Tahun
Akhirnya, ilmuwan memutuskan untuk merancang sebuah program komputer yang bertugas untuk menganalisi data genom tersebut. Pekerjaan mereka tidak sia-sia, mereka berhasil membuktikan efek Meselson pada hewan.
Bast berkata, “Hasil kami dengan jelas menunjukkan bahwa O. nova bereproduksi secara eksklusif yaitu secara aseksual. Ketika sampai pada pemahaman tentang bagaimana evolusi ini bekerja tanpa seks, tungau kumbang ini masih bisa memberikan satu atau dua kejutan. Hasilnya menunjukkan: kelangsungan hidup suatu spesies tanpa reproduksi seksual cukup langka tetapi bukan tidak mungkin. Tim peneliti sekarang akan mencoba mencari tahu apa yang membuat tungau kumbang ini begitu istimewa.”
Baca Juga: Fosil Kumbang dengan Kristal Fotonik Ungkap Evolusi Struktur Warna
Tungau ini hanya berukuran seperlima milimeter dan sulit untuk diidentifikasi. Selain itu, untuk menganalisis data genomnya diperlukan program komputer yang dirancang khusus untuk tujuan ini.
Oleh karena itu, peneliti Brandt, Schwander dan Bast berkonsultasi dengan ilmuwan tanah dan taksonomer berpengalaman Dr. Christian Bluhm di Institut Penelitian Hutan Baden-Württemberg, Patrick Tran Van, seorang ahli bioinformatika yang mengkhususkan diri dalam genomik evolusioner serta ahli ekologi tanah Prof. Stefan Scheu dari Universitas dari Gottingen dalam menyelesaikan studi ini.
Upaya mereka pun akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa!
Baca Juga: Peneliti LIPI Temukan Empat Spesies Kumbang Baru di Maluku Utara
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR