Sengkon dan Karta merupakan dua tokoh dari kisah nyata yang pernah terjadi di negeri ini. Mereka tinggal di Bojongsari, salah satu desa terpencil di Bekasi. Di bait-bait pertama, puisinya mengisahkan tentang petani yang berupaya mencukupi kebutuhan hidupnya secara susah payah.
Akulah Sengkon yang sakit
berusaha mengenang setiap luka
di dada
di punggung
di kaki
di batuk...
yang berlapis tuberkulosis
Di zaman yang serba rumit itu, seorang petani yang bernama Sengkon, susah payah untuk mencari penghasilan. Apalagi, ditambah dengan kondisi yang menuntutnya bergelut dengan penyakit tuberkulosis yang di idapnya.
Waktu itu, tahun 1974, menjadi latar dimulainya kisah yang menggores luka. Sengkon mengingat masa-masa dalam hidupnya melalui luka dan darah yang keluar dari tubuhnya.
Malam Jumat,
21 November 1974
Setiap malam jum’at
yasin dilantunkan dengan hidmat
bintang-bintang berdzikir di kedipannya
Istriku masih mengenakan mukena
mengambilkan minum dari dapur
Di kejauhan terdengar warga desa gaduh
'adili si keluarga rampok itu'
'ya… usir dari kampung ini'
'bakar saja rumahnya'
'betul',
Rasa bingung menyelimuti keluarga miskin itu. Apa yang sesungguhnya terjadi?
Istriku kaget
'kok kamu, kang?'
kebingungan
'Demi Allah saya tidak berbuat jahat!'
Lantas, kemudian Sengkon keluar, menghampiri warga dan aparat yang telah berkerumun di pekarangan rumahnya.
Baca Juga: Terbuangnya Generasi Intelektual Indonesia Setelah Peristiwa 1965
aku masih diselimuti kebingungan
disambut rajia seluruh badan
Kepalaku ditodong senjata laras panjang
mendekati puluhan ABRI dan Polisi
duk! dak!
aku dikerumuni pukulan warga
ABRI dan Polisi
ikut-ikutan menendang
Peri Sandi menggambarkan luapan kemarahan warga. Tak ada rasa kasihan dan peri kemanusiaan yang bisa menolong tubuh ringkih Sengkon. Seluruh perkataan keji terlontar kepadanya.
Bagong siah!
dulur aing paeh
gara-gara sia!
Sialan kamu, saudara saya (Solaeman) meninggal gara gara kamu, celetuk warga dalam penggambaran Peri Sandi. Sengkon tidak hanya dikatai rampok, tetapi juga dia dituduh sebagai pelaku pembunuhan Solaeman, salah satu warga yang kaya di desa Bojongsari.
Aku terkapar di tanah
seorang ABRI menggusurku
darah dan becek tanah bercampur di tubuh
Aku dilemparkan ke atas bak mobil
kondisi diantara sadar atau tidak
Selang kejadian
sesosok tubuh dilemparkan ke bak mobil
Ada sebagian tubuh yang menindih
kuperhatikan wajah yang penuh luka itu
Karta?
Baca Juga: Soe Tjen Marching: Pemerintah Harus Akui Pemerkosaan Tionghoa 1965
Source | : | Jurnal Imajeri,Mata Luka Sengkon Karta |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR