Para peneliti menyadari bahwa mereka telah menemukan pola minum susu yang signifikan. Mereka kemudian menganalisis data lebih lanjut untuk memeriksa jenis susu apa yang dikonsumsi para penggembala itu.
"Perbedaan antara peptida-peptida susu dari spesies-spesies yang berbeda kecil tetapi kritis," jelas Wilkin.
"Peptida-peptida itu dapat memungkinkan kita untuk merekonstruksi spesies-spesies dari mana susu yang dikonsumsi berasal."
Sebagian besar peptida susu menunjukkan spesies-spesies seperti sapi, domba, dan kambing, yang tidak mengejutkan mengingat sisa-sisa arkeologi yang terkait, kalkulus dari beberapa individu-individu itu mengungkapkan peptida susu dari spesies yang tidak terduga, yakni kuda.
"Domestikasi kuda adalah topik yang sangat diperdebatkan dalam arkeologi Eurasia," kata Wilkin.
Salah satu situs di mana awal minum susu Asia Tengah telah diusulkan adalah situs Botai yang berusia 3.500 tahun di Kazakhstan. Para peneliti menguji kalkulus dari beberapa individu Botai, tetapi tidak menemukan bukti minum susu dari mereka.
Hal ini sesuai dengan gagasan bahwa kuda Przewalskii –bentuk awal yang digali dari situs tersebut– bukanlah nenek moyang kuda domestik saat ini, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian arkeogenetik baru-baru ini.
Sebaliknya, domestikasi kuda –dan minum susu kuda– kemungkinan dimulai sekitar 1.500 kilometer ke barat di stepa Pontus-Kaspia.
"Hasil kami tidak akan membuat semua orang senang, tetapi sangat jelas," ujar Profesor Nicole Boivin, Direktur Departemen Arkeologi di MPI Science of Human History yang menjadi penulis senior dalam studi ini.
"Kami melihat transisi besar ke peternakan sapi perah tepat pada saat para penggembala mulai berkembang ke arah timur." Kuda yang didomestikasi kemungkinan juga memiliki peran untuk dimainkan.
"Populasi-populasi stepa tidak lagi hanya memanfaatkan hewan-hewan untuk mengambil dagingnya, tetapi juga mengeksploitasi sumber daya tambahan mereka –memerah susu dan menggunakannya untuk transportasi, misalnya," kata Profesor Boivin.
Apa keunggulan kritis dari mengonsumsi susu ini bagi populasi-populasi penggembala tersebut masih harus diselidiki. Namun sepertinya nutrisi tambahan, protein yang kaya, dan sumber cairan di lingkungan yang sangat gersang akan sangat penting untuk kelangsungan hidup di padang rumput yang keras dan terbuka.
"Apa yang kita lihat di sini adalah bentuk revolusi budaya," ucap Wilkin. "Para penggembala Zaman Perunggu Awal dengan jelas menyadari bahwa konsumsi susu menawarkan beberapa manfaat mendasar dan begitu mereka melakukannya, ekspansi stepa besar-besaran dari kelompok-kelompok ini di seluruh stepa menjadi mungkin."
Laporan lengkap studi ini telah terbit di jurnal Nature pada 15 September 2021
Source | : | Nature,SciTechDaily |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR