Nationalgeographic.co.id - Pencarian tanda-tanda kehidupan di planet Venus masih terus dilakukan oleh para ilmuwan hingga saat ini. Apalagi dengan adanya temuan fosfin di awan Venus yang telah dikonfirmasi sebelumnya. Hal ini telah menghidupkan kembali minat ilmiah di planet tersebut. Sebab, menurut ilmuwan, temuan fosfin bisa menjadi tanda adanya kehidupan di Venus. Benarkah demikian?
Mari kita telusuri sejarah singkatnya. Dalam 2 miliar tahun pertama pembentukannya, Venus mungkin memiliki suhu permukaan yang layak huni dan lautan air cair yang dangkal. Namun beberapa hal mulai berubah karena kedekatannya dengan Matahari. Karena saudara perempuan Bumi ini terlalu dekat dengan matahari, energi bintang - sinar matahari - menguapkan lautan Venus, memecah uap air di atmosfer ini dan mengusir hidrogennya ke luar angkasa. Tanpa air yang tersisa di permukaan planet, karbon dioksida yang terbentuk menyebabkan efek rumah kaca yang tak terkendali yang pada akhirnya menciptakan kondisi Venus saat ini. Suhu di permukaannya mencapai 462 derajat Celcius tanpa uap air dan atmosfer, dengan 96% karbon dioksida - 90 kali lebih tebal dari Bumi.
Kini, dalam sebuah studi baru, para ilmuwan menemukan adanya bukti bahwa awan Venus dapat mendukung proses fotosintesis seperti di Bumi. Menurut hasil analisis, penyaringan sinar matahari melalui awan Venus dapat mendukung terjadinya fotosintesis mirip Bumi di lapisan awan.
Fototrof hipotetis di awan Venus memiliki akses ke energi matahari di siang hari sama seperti di Bumi. Akan tetapi, anehnya, fotosintesis di awan Venus terjadi justru pada malam hari. Menurut tim peneliti, hal ini mungkin disebabkan adanya energi termal atau infra merah yang berasal dari permukaan dan atmosfer Venus.
Dilansir dari Tech Explorist, para ilmuwan mengatakan, “Kondisi kimia awan Venus sebagian dapat terdiri dari bentuk asam sulfat yang dinetralkan, seperti amonium bisulfat. Kondisi kimia ini akan menunjukkan aktivitas air yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan perhitungan Hallsworth dan keasaman yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan model Venus saat ini.”
Hasil studi mengenai hal ini sudah dipublikasikan dalam jurnal Astrobiology pada 27 September 2021 yang berjudul Potential for Phototrophy in Venus’ Clouds.
Baca Juga: Komet Temuan Terbaru Akan Berpapasan dengan Venus pada Desember 2021
Menurut studi tersebut, radiasi matahari dan termal di awan Venus memiliki panjang gelombang cahaya yang sama dan diserap oleh pigmen fotosintesis. Terlebih lagi, energi cahaya akan tersedia dari bawah dan di atas awan, memberikan peluang bagi mikroorganisme fotosintesis untuk melakukan diversifikasi di seluruh lapisan awan.
Untuk mendukung studi ini, para ilmuwan menggunakan sebuah model transfer radiasi. Model ini telah menunjukkan bahwa lapisan awan bagian tengah dan bawah atas Venus menerima sinar UV secara signifikan lebih sedikit, sekitar 80-90% lebih sedikit fluks UV-A jika dibandingkan dengan permukaan bumi. Kedua lapisan secara signifikan mengeluarkan radiasi di UV-B dan UV-C, yang mewakili komponen UV yang paling berbahaya.
Profesor Biokimia Rakesh Mogul, penulis utama studi tersebut, mengatakan, “Studi kami memberikan dukungan nyata untuk potensi phototrophy dan/atau kemotrofik oleh mikroorganisme di awan Venus.”
Ia juga menambahkan dalam penjelasannya, “Tingkat keasaman dan aktivitas air berpotensi berada dalam kisaran yang dapat diterima untuk pertumbuhan mikroba di Bumi, sementara iluminasi konstan dengan UV terbatas menunjukkan bahwa awan Venus bisa saja ramah untuk kehidupan. Kami percaya bahwa awan Venus akan menjadi target yang bagus untuk misi kelayakhunian atau deteksi kehidupan, seperti yang saat ini direncanakan untuk Mars dan Europa.”
Baca Juga: Wahana Ruang Angkasa Solar Orbiter Menangkap Citra Unik Venus
Para ilmuwan juga mengukur potensi fotosintesis di malam hari melalui energi panas Venus dengan membandingkan fluks foton yang naik dari atmosfer dan permukaan panas Venus dengan fluks foton yang diukur dalam habitat phototrophic cahaya rendah di Bumi.
Perbandingan keduanya mengungkapkan bahwa fluks foton dari atmosfer dan permukaan Venus melebihi fluks yang diukur dalam lingkungan phototrophic cahaya rendah di Bumi.
Pertanyaan tentang kemungkinan kehidupan di puncak awan Venus sekarang menjadi hipotesis yang dapat diuji.
Sukrit Ranjan, seorang anggota peneliti postdoctoral di MIT, mengatakan dalam studi yang dilakukan sebelumnya, “Perlu dipikirkan apakah perlu menginvestasikan sumber daya untuk melakukan tes? Misalnya saja seperti misi pengembalian sampel ke atmosfer Venus.”
Sampel asli dari Venus memang diperlukan untuk mendukung kelanjutan penelitian ini.
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR