Nationalgeographic.co.id - Sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa bukit pasir di Planet Mars dapat digunakan untuk menafsirkan pola angin di planet merah tersebut. Rincian penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal Geology pada 30 September 2021 dengan judul 'Interaction bounding surfaces exposed in migrating transverse aeolian ridges on Mars'.
Jika di Bumi terdapat stasiun cuaca untuk mengukur kecepatan dan arah angin. Keberadaanya memungkinkan kita untuk memprediksi dan memahami aliran udara di atmosfer. Namun hal yang sama tidak terdapat di planet dan objek luar angkasa lainnya. "Di planet dan benda planet lain, kami belum memiliki stasiun cuaca yang mengukur angin," kata Mackenzie Day dalam rilis The Geological Society of America.
Menurutnya, tanpa cara untuk mengukur angin secara langsung di permukaan planet lain, kita dapat menggunakan pola di bukit pasir untuk menafsirkan apa yang telah dilakukan angin, berdasarkan pengetahuan kita tentang bukit pasir di Bumi. Selanjutnya, dengan mempelajari bukit pasir di seluruh planet, kita bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana angin dan pasir berperilaku secara umum.
Bukit pasir berkembang ketika pasir yang tertiup angin membentuk pola, paling sering di gurun dan bagian dunia yang gersang atau semi-kering. Setiap benua di Bumi memiliki medan gundukan, tetapi bukit pasir dan pola pasir seperti gundukan juga ditemukan di seluruh tata surya, seperti di Mars, Venus, Titan, Comet 67P, dan Pluto. "Di Bumi, kita tahu bahwa bukit pasir bertabrakan, bergabung, terhubung, dan melebur sepanjang waktu," kata Day.
Baca Juga: Gua Bawah Tanah Mars Bisa Jadi Tempat Perlindungan dari Radiasi
Inilah yang mendorong perubahan pola medan gundukan dari waktu ke waktu. Ketika ini terjadi, interaksi gundukan pasir meninggalkan pola tertentu di pasir, tetapi pola itu biasanya tertutup oleh pasir yang bergerak aktif dan sulit dilihat tanpa alat khusus.
Di Mars, banyak bukit pasir terlihat dan berperilaku mirip dengan bukit pasir di Bumi. Selain itu Mars memiliki pola pasir terorganisir yang mirip bukit pasir tetapi memiliki beberapa perbedaan yang belum dijelaskan oleh komunitas ilmiah. Fitur yang tidak biasa itu masih belum terjelaskan, kadang-kadang disebut "pegunungan aeolian melintang" atau "megaripples", terbentuk mirip seperti bukit pasir dan keberadaannya telah lama diperdebatkan.
"Dalam karya ini, saya menunjukkan bahwa punggungan pasir yang tertiup angin yang tidak biasa ini terkadang menunjukkan pada permukaannya pola yang terbentuk ketika dua bukit pasir bergabung," jelasnya.
Di wilayah Iapygia Mars, pegunungan aeolian melintang menggabungkan pasir terang dan gelap, yang mengarah ke garis gelap-terang di sisi pegunungan yang melawan arah angin. Pola yang terjadi hanya pada satu sisi punggung bukit dan menunjukkan bahwa pola terbentuk saat punggung bukit bermigrasi.
Baca Juga: Senasib Bumi, Wajah Mars Terbentuk dari Luapan Banjir Danau-danaunya
Source | : | Jurnal Geology,Geological Society of America |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR