Setelah sukses mendamaikan Mesir dan Israel lewat perjanjian Camp David 1978, maka langkah selanjutnya adalah mengajak negara-negara Arab lainnya untuk mengikuti jejak Mesir, yaitu berdamai dengan Israel. (Baca juga Mengingat Kembali Perjanjian Camp David)
Untuk tujuan ini maka AS dan Uni Soviet menjadi sponsor Konferensi Madrid 1991. Dalam konferensi ini negeri-negeri Arab lainnya seperti Yordania, Lebanon, dan Suriah diundang selain Mesir dan Israel.
Dalam pertemuan ini Palestina juga terlibat dalam pembicaraan, tetapi sebagai anggota delegasi Yordania dan bukan diwakili para pemimpin Palestina saat itu seperti Yasser Arafat karena Israel menolak kehadiran Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Konferensi ini dimulai pada 30 Oktober dan berakhir 1 November 1991. Konferensi ini kemudian diikuti dengan negosiasi bilateral antara Israel dan delegasi gabungan Yordania-Palestina, serta Lebanon dan Suriah.
Pertemuan ini kemudian dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan bilateral di Washington DC pada Desember 1991. Lalu pada Januari 1992 pertemuan dilanjutkan di Moskwa, tetapi tanpa kehadiran delegasi Suriah dan Lebanon.
Salah satu hasil dari rangkaian perundingan ini adalah perjanjian damai Israel dan Yordania yang ditandatangani pada 26 Oktober 1994 di Lembah Areva, Israel, di dekat perbatasan Israel-Yordania.
Perjanjian itu ditandatangani PM Israel Yitzak Rabin dan PM Yordania Abdelsalam al-Majali. Sementara itu, Presiden Israel Ezer Wiezman dan Raja Yordania Hussein bersalaman hangat.
Perjanjian damai kedua negara itu disaksikan Presiden AS Bill Clinton dan Menlu Warren Christopher. Mesir menyambut baik perjanjian itu, sementara Suriah menanggapi dingin. Sementara itu, perundingan damai antara Israel dan Lebanon juga macet.
Sementara itu, Lebanon dengan tegas menolak perdamaian itu, bahkan 20 menit sebelum upacara penandatanganan kesepakatan, Hezbollah menyerang kota Galilea di wilayah utara Israel.
Kesepakatan mendasar
Sejumlah poin penting muncul dalam kesepakatan damai Israel-Yordania ini. Misalnya kedua negara kini memiliki hubungan diplomatik dan kerja sama ekonomi.
Selain itu, Israel dan Yordania sepakat untuk menghormati kedaulatan dan batas wilayah masing-masing negara serta tidak akan melintasi perbatasan tanpa izin atau pemberitahuan.
Soal Jerusalem, sesuai perjanjian damai ini Israel mengakui peran historis Yordania di tempat-tempat suci Islam di kota tersebut sementara negosiasi terkait status permanen Yordania dinegosiasikan.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR