Identifikasi korban bencana adalah tugas yang sulit. Namun, mengembalikan 298 korban dari penerbangan Malaysia Airlines MH17 ke keluarga mereka dengan bermartabat dan terhormat merupakan prioritas utama bagi setiap negara yang terlibat.
Bagaimana proses identifikasi ini berlangsung? Berikut langkah-langkah yang harus dilalui oleh para ahli forensik beserta penjelasannya.
1. Mencari tubuh
Tahap paling penting dari operasi identifikasi adalah Fase Pemulihan, yang harus dilakukan oleh polisi yang terlatih dan petugas ilmiah. Ini melibatkan dokumentasi menyeluruh, pengawetan dan pengumpulan badan, barang pribadi dan bukti forensik lainnya di lokasi bencana. Jika standar kualitas tertinggi mungkin tidak diimplementasikan pada tahap operasi identifikasi, mungkin secara signifikan menunda atau mencegah identifikasi akurat dari korban. Jika personil militer yang tak terlatih 'menodai' lokasi kecelakaan dan mengobrak-abrik reruntuhan, situs tersebut telah terkontaminasi dan bukti penting telah dihapus. Ia mungkin tidak menyadari pentingnya mengumpulkan barang-barang yang bernilai forensik atau tidak menyadari adanya bagian tubuh.
2. Kebutuhan untuk mendokumentasikan
Setiap barang dan bagian tubuh harus diberikan nomor identifikasi yang unik di lokasi kecelakaan sebelum dipindahkan. Hal ini membentuk rantai kontinuitas yang mencegah kehilangan atau kerusakan tubuh dan barang-barang dan mempertahankan nilai bukti forensik. Mengingat sifat pidana bencana ini, ini juga langkah-langkah penting dalam setiap proses hukum di masa depan. Untuk setiap proses identifikasi korban multi-nasional, bangsa yang bertanggung jawab atas lokasi kecelakaan harus mengamankan partisipasi para ahli forensik dari semua negara dan memastikan standar internasional yang digunakan. Malaysia Airlines sejauh ini telah mengidentifikasi penumpang dan awak dari Belanda, Malaysia, Australia, Indonesia, Inggris, Jerman, Belgia, Filipina, Kanada dan Selandia Baru. Namun, tidak semua ahli forensik itu diizinkan untuk berada di lokasi kejadian.
3. Melindungi tubuh yang telah dikumpulkan
Bencana MH17 akan memerlukan ahli forensik identifikasi korban bencana untuk melakukan otopsi, sidik jari, analisis gigi dan DNA korban dan membandingkan bukti catatan ,seperti bagan gigi, rekam medis, foto-foto pribadi dan sidik jari dari barang-barang pribadi. Teknologi mengalami banyak peningkatan dari waktu ke waktu. Sampel DNA harus diambil dari semua badan dan bagian tubuh yang dikumpulkan dari lokasi kecelakaan MH17 sehingga dapat dibandingkan dengan DNA dari barang-barang pribadi korban atau kerabat dekat mereka. Keterlambatan dalam memulihkan tubuh seharusnya tidak berdampak pada hasil profil DNA dari sampel tulang korban, tapi pengunduran secara signifikan akan membatasi pengenalan DNA dari darah dan jaringan lunak.
4. Ledakan
Ledakan dan api dari serangan rudal adalah tantangan lain bagi para ahli forensik. Panas dan daya rusak ledakan, juga kecelakaan yang dihasilkan akan membuat tubuh lebih sulit untuk dikumpulkan dan diidentifikasi. Meskipun keberhasilan penggunaan ilmu forensik dalam banyak bencana sebelumnya, sayangnya selalu ada kemungkinan bahwa tidak semua korban dapat diidentifikasi. Untuk dapat 'mengembalikan' para penumpang MH17, para ahli internasional membutuhkan akses ke seluruh area kecelakaan di situs untuk melakukan pemulihan menyeluruh menggunakan standar Interpol identifikasi korban bencana. Membuka akses ke bukti yang sudah dikumpulkan dari lokasi kecelakaan oleh separatis pro-Rusia perlu diberikan kepada para ahli forensik. Bukti ini kemungkinan besar mengandung informasi identifikasi berharga dan memberikan konteks tambahan untuk investigasi forensik.
5. Mencari bukti lebih lanjut
Meskipun laporan bahwa tubuh para penumpang MH17 sedang didinginkan, ahli forensik harus segera mengotopsi mereka. Selain mengidentifikasi tubuh para penumpang, ahli forensik juga bisa membantu mengidentifikasi penyebab kecelakaan. Aspek terpenting dalam proses identifikasi korban bencana adalah mendapatkan akses kepada bukti-bukti kejadian agar dapat memberikan jawaban yang cepat dan identifikasi akurat. Dan tentu saja proses ini dilakukan dengan rasa hormat kepada korban dan keluarga korban.
Penulis | : | |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR