BNPT menyebutkan kelompok yang menyatakan kurang dari 20 kelompok Islam dan 50 orang pergi 'berperang' dengan ISIS. Penyebaran dukungan untuk ISIS pun dilakukan melalui media sosia. Di sejumlah daerah disebutkan bendera ISIS dikibarkan dalam beberapa kesempatan.
"Kami memantau mereka, dan juga meminta adanya keterlibatan masyarakat untuk mencegah penyebarluasan kelompok radikal yang mendukung ISIS di Indonesia," kata Deputi bidang Kerjasama Internasional BNPT Harry Purwanto.
Menurut Harry, deklarasi mendukung Kekhalifahan Islam di Irak dan Suriah yang marak dilakukan akhir-akhir ini, karena kelompok mereka membutuhkan dukungan yang lebih luas.
Kondisi itu meningkatkan kekhawatiran banyaknya anak-anak muda Indonesia yang akan pergi ke Suriah dan Irak bergabung dengan pasukan ISIS dan melakukan serangan teror ketika mereka kembali, seperti yang terjadi dengan para jihadis Jemaah Islamiah yang kembali dari Afghanistan.
Imam Samudera, Ali Imron merupakan 'alumni' Afghanistan yang terbukti berada dibalik serangan Bom Bali I tahun 2002, yang menewaskan 202 orang, sebagian besar merupakan warga negara asing.
Dalam peraturan anti terorisme di Indonesia tidak mengatur pengatur berkembangnya paham radikalisme di Indonesia. "Kita harus mengamandeman UU agar dapat mencegah penyebaran paham radikal," kata Harry.
Analis mengatakan Indonesia menghadapi tantangan besar untuk mengatasi meningkatnya ideologi radikal terutama di kalangan anak-anak muda, yang dikhawatirkan bisa mengancam keberagaman.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR