Kamp abad pertengahan di Tzippori itu hanya berjarak 30 kilometer dari Tiberias. Selama lebih dari satu abad, baik para ksatria Kristen dan para prajurit Ayyubiyah menggunakan situs perkemahan tersebut, jelas Rafi Lewis, arkeolog yang meneliti arkeologi konflik dan lanskap tersebut bersama Ashkelon Academic College dan University of Haifa.
Bagaimana mungkin begitu banyak pertempuran antara pasukan Kristen dan Islam selama periode abad pertengahan tidak menghasilkan perkemahan (yang diketahui), sampai yang satu ini? Mungkin mereka diabaikan karena para peneliti berfokus pada situs-situs yang lebih "populer" seperti kastil dan situs perang pengepungan, ujar Lewis seperti dikutip dari Haaretz.
Perkemahan ini ditemukan berkat sebuah proyek yang dipimpin oleh Divisi Prasejarah dari Otoritas Barang Antik Israel (Israel Antiquities Authority/IAA). Proyek yang memakan waktu enam tahun ini dipimpin oleh Nimrod Getzov dan Ianir Milevski.
Baca Juga: Analisis DNA Raksasa Segorbe Singkap Genosida Etnis Muslim di Spanyol
Apa yang mereka temukan sangat berbeda dari kamp-kamp bergaya Romawi, seperti yang ditunjukkan oleh sumber-sumber abad pertengahan di La Rgle du Temple (Rule of Templars), yang menjelaskan seperti apa seharusnya kamp-kamp Tentara Salib dan bagaimana seharusnya tempat seperti itu dibuat. Kamp tersebut dijelaskan dalam bab ketiga dalam buku “Settlement and Crusade in the Thirteenth Century.”
Ini adalah benar-benar bukti material pertama dari situs perkemahan abad pertengahan di Israel atau di mana pun, kata Lewis. Kamp tersebut berbeda dengan kamp Romawi yang menduduki Tanah Suci satu abad atau lebih sebelumnya.
Tanah Suci sendiri adalah istilah yang merujuk pada wilayah geografis di Levant yang penting bagi agama Yudaisme, Kristen, Islam, dan Bahá'í. Tanah Suci tidak memiliki batas yang pasti, dan kini secara kasar meliputi wilayah Israel, Palestina, dan sebagian Yordania dan Lebanon.
Baca Juga: Temuan Kuburan Massal Tentara Salib dan Selidik Penyebab Kematian
Satu hambatan dalam menyelidiki kamp Franka ini adalah bahwa kamp tersebut tampaknya tidak memiliki struktur batu dan/atau kayu. Kamp ini tidak seperti kamp Legiun Romawi sebelumnya, yang memiliki dinding internal dan juga dinding luar yang menandai batas kamp.
Kesan yang ditinggalkan oleh sisa-sisa perkemahan abad pertengahan di Tzippori adalah ketidakkekalan, kata Lewis. Berdasarkan sumber sejarah, tentara Salib ditempatkan di tenda-tenda, bahkan gereja kamp juga berada di tenda. Orang-orang itu selalu siap berbaris untuk berperang, jelas Lewis.
Jadi, tidak ada dinding di kamp tersebut. Namun begitu, para arkeolog menemukan banyak artefak logam yang berasal dari Kerajaan Latin Yerusalem, yang ada dari tahun 1099 hingga 1291, di situs kamp tersebut.
Source | : | Haaretz |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR